##

Derap langkah kaki yang besar namun santai seorang lelaki itu mulai masuk ke dalam rumah kecil yang terletak di perkampungan sempit. Rumah yang gelap dan remang-remang, dinding yang mulai kusam tertutupi oleh jamur, hal itu tidak menghentikan Tio untuk masuk ke dalam rumah yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama 2 tahun silam ini, semenjak dirinya dinyatakan bebas dari penjara.

Lelaki pemilik wajah bak pangeran di negeri dongeng itu kemudian membuang bando spiderman yang ia beli tadi siang ke dalam tong sampah. Merasa jijik dengan bando tersebut. Tanpa peduli akan memori yang baru terlukis hari ini, Tio memasuki ruangan yang terletak di dekat ruang tamu. Sebelum itu, ia mengambil satu buah rokok di dalam sakunya. Satu-satunya rokok yang ia punya. Tio lalu menyalakan korek api lalu menyulutnya ke ujung batang nikotin itu, kemudian masuk ke dalam ruangan gelap yang baginya itu adalah ruangan rahasinya.

Bukan kamar atau dapur, melainkan ...

Ruangan yang penuh dengan layar cctv yang kini tengah merekam aktivitas rumah Anne. Semua yang Anne lakukan di dalam rumah, terekam disini. Sehingga Tio tahu semua gerak-gerik Anne selama ini. Bahkan saat wanita itu tengah bertengkar hebat dengan Jeffry, suaminya, Tio melihat itu dengan penuh tawa. Seolah pertengkaran Anne dan Jeffry adalah film komedi baginya.

Lelaki tampan itu lalu duduk di kursi single yang terletak di depan layar cctv. Menonton Anne yang kini sedang menidurkan Luna, sambil masih menghisap rokoknya. Tio kemudian mengambil sebuah foto. Foto dua orang yang sedang menggendong anak berumur delapan tahun, memakai bando lucu dimasing-masing kepalanya, dan dengan background komidi putar yang tengah berputar.

Tio menatap foto tersebut sedikit lama. Senyuman yang terukir di bibirnya itu adalah sebuah kebohongan. Selama ini ia hanya pintar memasang topeng. Topeng lelaki polos dan baik, tapi nyatanya ada sebuah dendam dibalik topeng polosnya itu. Dendam yang tidak bisa diganggu gugat. Dendam pribadi yang hanya Tio dan Tuhan yang tahu. Dendam kepada wanita yang sudah merebut kebahagiaannya.

Tangannya lalu mengambil sebuah gunting, Tio menggunting foto tersebut. Lebih tepatnya menggunting foto Anne seorang diri, dan hanya menyisakan foto dirinya dengan anak gadis yang sedang ia gendong. Kemudian ia menempelkan foto tersebut ke dinding yang penuh dengan foto Anne. Mungkin ada ratusan foto yang tertempel disana. Dari foto Anne saat berangkat kerja, menjemput Luna ke sekolah, makan siang bersama Pak Josh, dan lain sebagainya.

Bisa dibilang selama ini Tio adalah penguntit setia Anne. Dengan sengaja ia menabrakkan diri ke arah mobil Anne yang sedang melaju cepat saat itu, membuat Anne merasa bersalah karena sudah menabraknya dan memilih untuk bertanggung jawab. Sehingga dirinya memiliki kesempatan untuk menyelam dunia Anne samakin dalam, meskipun dengan sedikit perjuangan untuk bisa membuat wanita itu percaya padanya. Tapi itu tidak menjadi masalah, karena sekarang Anne sudah benar-benar percaya padanya. Sehingga Tio bisa melancarkan aksinya untuk membalaskan dendam yang selama ini ia pendam.

“Sabar ya nak, ayah pasti bisa rebut kamu dari perempuan licik yang udah bunuh ibu kamu.” Ucap Tio dengan penuh penekanan.