bagian dua puluh; menyatukan keluarga ya retak.
”Ngapain lo ke sini?” Tanya Joey sinis yang ditujukan pada lelaki yang kini terduduk di ruang tamu rumahnya. Bersama Malik dan Hendra yang Joey tidak tahu kapan lelaki itu pulang.
“Dek… duduk dulu. Kita bicara pake kepala dingin ya.” Tegur Malik menenangkan Joey.
“Nggak. Gue mau pergi.” Tolak Joey.
“Kemana? Cewek nggak boleh keluar malem-malem neng?” Hendra ikut bersuara.
“Pergi sama temen-temen gue lah. Mencari kesenangan hidup.” Joey sengaja mengingatkan pada Nagara. Bahwa saat mereka bersama, Joey hampir tidak pernah menghabiskan waktunya bersama teman-teman kantornya, dan teman-teman sekolahnya.
”Nggak. Lo nggak boleh pergi.” Malik mendesis.
“Kenapa? Gue cuma mau seneng-seneng sama temen-temen gue kak, nggak boleh emang? Setidaknya jalan-jalan bisa bikin gue lupa kalo gue janda yang pernah hampir punya anak.” Teriak Joey emosi. Berbinanglah kedua matanya.
Nagara masih tidak berkutik. Matanya fokus melihat ke bawah. Menatap kedua kakinya yang sedari tadi sedikit bergetar takut. Ya, lelaki bersurai hitam legam itu takut, lebih tepatnya takut pada Joey. Telinganya mendengar setiap kalimat sarkas dari mulut Joey yang sengaja ditujukan padanya. Seperti pisau yang menancap di relung hatinya.
“Dek dengerin dulu napa sih?.” Malik meninggikan suaranya.
“Nggak ada yang perlu didengerin lagi kak.” kepala Joey sedikit menggeleng.
“Selesaiin dulu masalah kalian!” Tegas Malik.
“Apa lagi? Kita udah pisah. Kita selesai!!” Tekan Joey yang ingin menjelaskan kepada semua orang yang ada disana, bahwa dirinya dan Nagara sudah selesai.
“Belum....” Malik menggeleng pelan.
”Hah? Maksud lo kak?” Dahi Joey mengernyit.
“Maaf. Tapi…” Malik menggantungkan kalimatnya. Sejenak melirik Nagara sebelum melanjutkan kalimatnya. “Kalian belum bercerai.”
Joey menatap Malik super bingung. Ada apa ini? Bukankah semua urusan perceraiannya dengan Nagara kakaknya yang urus?
“Lo masih sah istri Nagara. Emang gue yang ngurus, tapi Nagara menolak menandatangani berkasnya. Selama ini, Nagara masih memenuhi kewajibannya buat nanggung kehidupan lo. Maafin gue.”
Joey menatap Malik dengan tatapan tidak menyangka. “Kenapa lo lakuin ini kak?”
Gadis dengan rambut yang terikat ke atas itu mengambil napas. Berjalan menghampiri Nagara dan siap memaki lelaki itu.
“Belum cukup lo nyakitin gue?” Nagara menatap Joey. Tersirat arti memohon di dalam obsidian tersebut. Namun percuma, hati Joey sudah sangat tertutup rapat.
“Kasih saya kesempatan lagi, Joey.” Akhirnya Joey mendengar suara Nagara untuk pertama kalinya semenjak perpisahan mereka.
Suara berat dan serak yang Joey rindukan.
“Kesempatan? Udah gue kasih. Semua sikap dingin lo. Lo yang selingkuh sama Freya. Nenek lo yang maksa lo buat nikah lagi... Gue masih mau nerima lo Nagara!” Emosi Joey meledak.
“Neng…” Hendra berusaha merangkul. Akan tetapi Joey segera menepis tangannya.
“Terkecuali lo yang nyuruh gue buat gugurin bayi gue. Gue kehilangan Nagara. Gue mau semua ini selesai.” Joey memejamkan mata. Air mata turun menganak sungai di pipinya seiring hatinya yang berdarah-darah saat ini.
“Termasuk kita juga.”
Joey memandang Malik sejenak lalu melihat Nagara lagi. Lelaki itu masih diam di tempat—tentu saja dia sangat terkejut. Tercengang mendengar apa yang barusan diucapkan gadisnya. Kalau kalian menempelkan telinga kalian di dada Nagara, kalian akan tahu betapa cepat detak jantung lelaki jangkung itu berdetak. Bahkan saat ini, Nagara seperti lupa bagaimana cara berkedip.
“Lo lebih brengsek dari cowok bajingan gila na. Lo itu monster. Lo yang bunuh bayi gue. Lo lihat, binatang aja nggak mau bunuh bayinya sendiri. Lo pengecut. Iya, semua ini salah lo. Seandainya lo bertanggung jawab. Seandainya lo menginginkannya juga. Seandainya lo jagain gue. Dia nggak bakal mati!!!” Joey berteriak frustasi tepat di hadapan Nagara. Memuntahkan semua kesakitan di hatinya.
Joey lari menuju tangga dan kembali ke kamarnya. Tidak mempedulikan lelaki yang kini berusaha tegar, memangapkan hatinya yanh sudah teriris menjadi beberapa keping.
Kalimatmu membuat dunia Nagara hancur Joey.
“Biar gue yang bicara sama dia.” Hendra lalu mengejar Joey. Berusaha sebisa mungkin menyatukan keluarga ini. Meskipun terlihat sangat mustahil.
—jaemtigabelas