bagian empat belas; janin diperut Joey.
Joey terduduk di atas kasurnya, menyandarkan punggungnya pada bantal berukuran besar yang menumpuk di belakang. Matanya sedari tadi tidak bisa lepas dari perutnya. Tangannya senantiasa mengusap perut ratanya itu.
Joey tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Bukankah bagus kalau dia hamil? Ada anak Nagara di dalam perutnya. Namun entah mengapa, Joey sedikit khawatir.
Pintu kamarnya terbuka, menampakkan Nagara yang rela meninggalkan urusan kantornya untuk mengecek keadaan Joey saat ini. Ia tidak sendiri, ada seorang dokter yang berdiri di belakangnya.
”Saya sewa dokter buat periksa keadaan kamu.” Ucap Nagara setelahnya.
Dokter tersebut mulai memeriksa Joey. Mengecek denyut jantung, suhu tubu, dan terakhir mengecek kandungan gadis itu. Dalam layar USG memang terlihat ada janin berusia tiga minggu di perut Joey. Janin yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Di sudut sana, Nagara mengawasi. Melihat seluruh proses pemeriksaan dengan cermat. Sesekali menatap Joey dengan raut cemas. Beberapa kali mata mereka bertemu. Mata Joey bicara pada Nagara. Tentang kekhawatiran.
”Saya sudah selesai bapak Nagara.” Ujar sang dokter.
”Jelaskan hasilnya, di ruangan saya.”
Nagara melangkah pergi dari kamarnya. Di ikuti dengan dokter di belakangnya.
Joey menunduk saat melihat kepergian Nagara. Gadis itu kembali mengusap perutnya. Benarkah di sini ada bayinya? Ini luar biasa. Sebentar lagi dia akan menjadi seorang ibu.
Setelah Dokter yang disewa Nagara pergi, Nagara memasuki kamar Joey lagi. Dia melihat Joey sedang duduk di kasur. Pandangan gadis itu kosong menatap keluar jendela. Tangannya mengelus perutnya pelan. Nagara sadar, Ada bayinya di dalam perut Joey.
Joey menoleh saat Nagara mulai mendekat. Nagara dengan penampilan sedikit kacau. Kemejanya sudah keluar dari lingkar celana. Lengan yang di gulung asal sampai siku. Dan dasi yang longgar di lehernya. Berdiri di depan Joey, tangan Nagara yang hangat memegang bahu gadis itu. Meremas sesaat. Menyalurkan kekuatan.
“Joey...” Panggil Nagara dengan suara parau.
Joey yang tidak mengerti ada apa dengan suaminya itu hanya bisa memasang wajah bingung, ”Hmmm?”
Nagara menunduk, tangan pucat Joey ia genggam. Memeluknya dengan telapak tangannya yang lebih besar dari telapak tangan gadis itu. Kemudian ia menatap wajah istrinya lagi.
”Gugurin aja bayinya ya?” Bisik Nagara yang tertangkap indera pendengaran Joey.
Setelah itu Nagara berjalan menjauh. Meninggalkan Joey dalam kamar. Dalam neraka yang ia buat untuk istrinya.
Setelah semua yang manimpa Joey selama ini. Ini pertama kalinya dalam hidupnya. Ia ingin mati saja.
—jaemtigabelas