bagian enam belas; kekacauan.

Setelah dari supermarket hanya sekedar untuk membeli susu ibu hamil, mobil Hendra sudah terparkir manis di halaman depan. Joey mengernyitkan keningnya saat melihat sebuah mobil mewah berwarna merah menyala terparkir di dekat garasi.

Mobil siapa? mobil itu mirip seperti mobil Nagara dulu. Sebelum berganti dengan yang baru, berwarna putih.

Joey ingin bertanya pada Hendra, tapi ia urungkan. Melihat Hendra yang menyipitkan mata sampai mata itu nyaris terpejam, lelaki itu pasti tidak tahu apa – apa. Joey melangkahkan kakinya menuju ke dalam apartemen.

Saat Joey sudah tiba di ruang tamu, yang gadis itu lihat adalah seorang wanita tua yang berdandan glamour. Wanita yang duduk di kursi tengah. Yang Joey yakini adalah nenek Nagara.

Mereka saling menatap satu sama lain. Pandangan Joey datar. Sampai beberapa saat wanita itu hanya melihatnya. Meneliti dari bawah sampai ke atas. Jujur saja, Joey merasa asing dengan wanita tua ini. Dia bahkan tidak hadir saat pernikahannya dengan Nagara. Joey hanya mendengar semua tentang beliau dari sang ibu atau dari kak Malik yang beberapa kali menghadiri rapat bersamanya. Dan apa ini? Nenek Nagara Menatap detail Joey seperti dirinya ini seorang yang baru saja mencuri.

“Jadi kamu yang namanya Joanne Josephine?” Suaranya yang tajam terdengar ke indra pendengaran Joey.

Ahh, sekarang Joey mengerti darimana Nagara mewarisi nada bicara seperti itu. Lembut, pelan dengan nada rendah tapi sarat akan penekanan dan menusuk. Membangunkan seluruh bulu yang ada ditubuh Joey saat ini.

“Iya” Joey membalas tatapannya.

“Bodoh sekali aku, kenapa aku bisa merestui begitu saja waktu Nagara milih gadis kayak kamu buat jadi istrinya? Nagara adalah Putra tunggal sekaligus pewaris perusahaan besar. Kamu benar-benar nggak pantes buat dia.”

Deg!

Joey terhenyak. Merestui? Apa maksudnya merestui? Jadi pernikahan mereka bukan kehendak orang tua Nagara? Jadi mereka menikah bukan karena dijodohkan? Tapi dulu orang tuanya bilang kepada Joey bahwa dirinya akan dijodohkan. Ya Tuhan, ada apa lagi ini?

“Terus, nenek mau apa dari saya?” Joey berusaha menantang.

“Izinkan Nagara menikah lagi. Aku nggak menyuruh kalian berpisah. Tapi setidaknya jangan biarkan dunia tahu kalau keluarga kami berhubungan dengan keluarga kamu. Aku punya calonku sendiri untuk cucuku.”

Joey yang mendengar kalimat sarkas itu kemudian mendecih pelan. “Apa salah keluarga saya pada keluarga anda?” Joey mulai bergetar. Berapa lama lagi ia sanggup berdiri?

“Karena kamu menjadi bagian dari keluarga saya. Itu salah besar. Seharusnya waktu Nagara melamar kamu, kalian jangan menerimanya. Kalian nggak cukup pantas buat kami. Kamu tahu, apa yang keluargamu nggak punya?” Wanita tua itu bangun dari duduknya. Berjalan pelan mendekat ke arah Joey.

“Martabat dan kehormatan!” Sentaknya di depan Joey. ”Keluargamu nggak punya itu. Pernikahanmu sama Nagara adalah penghinaan untukku.”

”Nenek!” Hendra berteriak. Joey bahkan melupakan keberadaan lelaki itu.

“Diam kamu Hendra! Kamu bahkan cuma laki-laki miskin, benalu yang menempel sama cucuku.” Bentak nenek Nagara pada Hendra.

Byurrr…! Entah ide dari mana, Joey menyiram wajah keriput itu dengan segelas air.

“Kamu!!!!”

PLAK!

Tamparan keras mengenai pipi Joey.

“Dasar cewek nggak tahu diuntung! Kamu pikir kamu siapa? Dan aku peringatkan! Kalau kamu masih nggak ngizinin Nagara buat menikah lagi, biar aku yang paksa dia. Sampai kapan pun, Nagara akan menikah dengan gadis pilihanku.”

Nenek Nagara keluar dari ruang tamu, meninggalkan apartemen yang sunyi itu. Dan tepat saat pintu tertutup, air mata Joey langsung mengalir. Gadis itu meremas baju yang ia kenakan dan berusaha menahan tangisannya. Joey berjalan pelan dengan air mata yang masih deras. Menuju kamar. Joey akan menangis disana.

Karena sudah tidak tahan lagi, Hendra merogoh sakunya. Mengambil ponsel dengan layar yang memajang gambar wajahnya. Memenuhi full screen. Mencari kontak bernama ’BOS GILA’ disana. Ini dia namanya.

”Na… tadi nenek lu datang dan membuat kekacauan.”

—jaemtigabelas