Bagian lima; Kejadian di Kantor.

Joey berjalan cepat menyusuri gedung pecangkar langit itu. Mengabaikan beberapa orang yang sedang menyapanya. Persetan dengan semuanya, Joey tidak memiliki mood untuk menyapa ataupun tersenyum kepada semua orang.

”Eh Joey, abis dari mana? dari tadi gue cariin.” Tanya Karin yang melihat Joey baru saja sampai ke ruangannya.

Namun seakan kalimat Karin hanya angin lalu, Joey terus berjalan melewati Karin yang ada di hadapannya itu menuju ruangan berpintu hitam yang ada di dekatnya.

”Joey mau kemana lo?” Karin yang heran melihat kondisi kalut Joey segera menahan lengan sahabatnya.

Gadis berbaju cokelat itu menepis tangan Karin dan memaksa masuk ke dalam ruangan besar itu.

BRUAAGGHHH..

”Joey pak Nagara lagi ada tamu...” Karin menyusul Joey masuk ke dalam ruangan pribadi Nagara.

Terlihat Nagara yang tengah menjamu seorang tamu yang sepertinya tamu penting.

”Maaf pak atas ketidaknyamanannya...” Karin lalu memegang lengan Joey. ”Joey ayok keluar.” bisiknya

”Biarin aja.” Ujar Nagara tiba-tiba. ”Mohon maaf pak atas kejadian ini. Mungkin kita bisa mengatur jadwal di lain hari.”

Kedua tamu tersebut hanya mengangguk setuju dan segera keluar dari ruangan Nagara. Hanya menyisakan sang pemilik ruangan, Joey, dan Karin disana.

”Karin, kamu bisa keluar dari ruangan saya.” Pinta Nagara dengan nada yang melembut.

Dan Karin pun keluar dari ruangan Nagara. Kini hanya tersisa pria berjas rapih dan gadis dengan rambut yang sedikit berantakan.

Dengan jantung yang masih berpacu cepat, Joey berbalik dan menutup pintu dengan rapat. Seperti tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan tersebut, bahkan semut sekalipun.

Setelah memastikan pintu tersebut tertutup rapat, Joey kembali berjalan menghampiri Nagara. Tanpa berbasa-basi lagi, gadis itu menangkup rahang Nagara dan langsung mencium bibir tipis itu.

Tidak mempedulikan situasi dan tempat, Joey memberanikan diri untuk mencium suaminya itu di kantor. Garis bawahi, di kantor. Tempat dimana semua orang akan tahu tentang hubungan mereka selama ini.

Terlihat Nagara mulai menikmati ciuman mendadak itu. Matanya terpejam dan kepalanya ia miringkan agar Joey lebih leluasa menciumnya. Mengecap bibir rasa cherry itu dengan pelan namun menuntut. Tangannya tidak tinggal diam, Tangan kekar itu memeluk pinggang ramping Joey. Membawa tubuh gadis itu untuk bersandar ke meja kerjanya.

Disela ciuman itu, Joey menangis. Entah, Joey juga tidak tahu kenapa dirinya menangis. Ia terlanjur kalut saat ini, hanya karena kejadian tadi siang yang ditimbulkan oleh manusia bernama Jendra.

15 menit berlalu, dan ciuman itu berakhir. Joey langsung menundukkan kepalanya dengan napas yang tersenggal akibat ciuman tadi, begitupun juga Nagara. Lelaki itu berkali-kali membuang napasnya secara memburu.

”Kenapa? Apa yang membuat gadis muda ini tiba-tiba datang hampir merusak pintu, mengusir tamu penting, dan hampir memperkosa pimpinannya sendiri?”

Tidak ada jawaban, Joey terlalu malu untuk menjawab pertanyaan konyol itu. Ia hanya mendorong bahu Nagara, menyuruh lelaki itu untuk menghilang dari pandangannya dan berjalan menuju kursi tamu yang ada di ruangan tersebut.

”Masih nggak mau bicara?” Nagara menyusul dan kini duduk berhadapan dengan sang istri.

Joey masih membisu. Tidak mungkin ia jujur pada sang suami kalau ia hampir saja berciuman dengan cowok lain dan hampir merenggut ciuman pertamanya. Maka dari itu, Joey bergegas mencari Nagara dan mencium lelaki tersebut tanpa permisi, supaya dia lah yang menjadi ciuman pertamanya.

Tangan Nagara terangkat untuk mengusap bibir merah itu dengan lembut, berbanding terbalik dengan sorot matanya yang sangat tajam.

”Padahal kamu punya mulut. Apa mulut kamu udah nggak berfungsi lagi Joey?”

Joey yang kesal langsung menepis tangan Nagara yang menempel di bibirnya. Tidak tahu saja kalau dirinya saat ini sedang menahan malu karena tidak ada angin dan hujan tiba-tiba mencium bibir atasannya sendiri.

Sungguh sekretaris yang tidak memiliki sopan santun sama sekali.

”Hmmmm anu pak permisi, ada tamu.” Karin yang tidak tahu apa yang sedang terjadi, kini berdiri di ambang pintu.

”Suruh datang besok, saya lagi nggak mau menerima tamu.”

”Tapi pak, ini ibu Freya yang ingin bertemu dengan bapak.” Ucap Karin sedikit berhati-hati.

Nagara diam dan nampak berpikir. ”Yaudah suruh dia tunggu di ruang meeting, saya akan menemuinya.”

Karin pun menurut.

Joey memutar bola matanya. Kenapa wanita itu harus datang disaat seperti ini? Disaat dirinya ingin mengobrol banyak dengan Nagara. Kenapa wanita itu selalu merenggut waktu suaminya itu yang seharusnya menjadi miliknya?

Oh ayolah Joey, apa kamu sedang cemburu sekarang?

”Saya udah suruh Hendra bikin teh hangat buat kamu. Kamu tunggu disini sampai hati kamu kembali tenang.”

”Nggak usah, gue bisa sendiri.” Pungkas Joey dan langsung meninggalkan ruangan Nagara dengan perasaan yang berkecamuk saat ini.

—jaemtigabelas