bagian satu; kangen.
Kurang lebih dua puluh menit, Nagara masih setia pada posisi yang sama. Sejak tadi ia hanya berdiri, memandangi punggung istrinya yang sedang sibuk memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper. Nagara tidak mengucapkan sepatah katapun, namun sorot matanya seakan berbicara.
”Emang harus banget sama Hendra ke sananya?” Akhirnya Nagara bersuara.
Joey memutar bola matanya sejenak. Kemudian berbalik menghadap Nagara yang tengah menatapnya tajam. ”Kan mas sendiri yang suruh gue ke bali sama Hendra. Gimana sih?”
”Ya kenapa harus dia yang bisa nemenin kamu ke bali?”
”Ya coba aja lo suruh Rendy buat batalin acaranya.”
”Hendra aja saya masih ragu apalagi Rendy.”
Joey menghela napasnya. Memang ambigu, pikirnya. Mengepak bajunya ke dalam koper dan pergi ke Bali bersama lelaki lain. Seolah terlihat seperti momen bulan madu. Pantas saja Nagara menjadi aneh malam ini.
”Apa saya batalin aja acara makan malamnya?”
Gadis berpiyama biru laut itu pun menutup kopernya. Mendongakkan kepalanya sejenak sebelum berjalan menghampiri suaminya yang tengah diladang api cemburu itu.
”Mas.” Joey menggenggam tangan kekar itu. ”Cemburu boleh, tapi ini kan masalah pekerjaan mas. Emang mas mau proyeknya batal gara-gara nggak segera ditanda tanganin? Lagian makan malamnya kan dari klien penting, masa mas batalin gitu aja sih. Udah janji juga kan?”
Mendengar kalimat panjang lebar dari istrinya, sorot mata Nagara yang awalnya tajam berubah menjadi sayu. Nagara kemudian merutuki dirinya sendiri, mengapa semakin hari ia semakin bersikap kekanakan setiap didepan Joey? Sedangkan Joey, gadis itu semakin hari malah semakin bersikap dewasa dan selalu mencari jalan keluar dengan kepala dingin.
”Lagian Hendra kan sukanya sama lo mas, bukan sama gue.” Imbuh Joey dengan bibir yang hampir cemberut.
Nagara tersenyum. Kejadian di balkon apartemennya kembali berputar diotaknya. Kejadian dimana Joey tahu rahasia besar Hendra yang tidak semua orang tahu. Hanya Nagara, Joey, dan Hendra yang mengetahui kalau lelaki hitam manis itu mencintai Nagara.
Nagara mengangkat tangannya, memindahkan helaian rambut yang menghalangi wajah istrinya ke belakang telinga gadis itu. ”Gimanapun, Hendra juga cowok Joey.”
Joey membulatkan matanya. ”Emang dia pernah suka sama cewek?”
Sang suami mengangguk pelan. ”Dulu, waktu kuliah.”
”Siapa ceweknya?” Tanya Joey dengan nada penasaran.
Tangan yang awalnya berada diatas kepala Joey, kini berpindah ke pipi gadis mungil itu. ”Tanya aja sama dia sendiri.”
Joey mendengus kesal. Nagara, selalu saja membuatnya mati penasaran.
Tatapan mereka kemudian bertemu. Saling menyelami ke dalam obsidian tersebut dan mencari arti penting disana. Sentuhan pada pipi Joey membuat gadis itu memejamkan mata. Menikmati setiap sentuhan Nagara yang bisa membuatnya mabuk kepayang.
”Tadi siang udah ke dokter Fransiska?”
Suara berat Nagara membuat mata yang terpejam itu kembali terbuka. ”Ud... udah.”
Nagara menaikkan alisnya. ”Udah apa belum?”
”Udah mas.” Joey menurunkan tangan Nagara dari pipinya.
Namun Nagara tetap tidak tenang. Seperti ada yang disembunyikan darinya.
”Beneran udah?”
Joey mengangguk yakin. Entah apakah itu artinya sang gadis telah berkata jujur atau malah berbohong. Nagara mencoba untuk percaya.
”Mas. Mau sampai kapan kayak gini terus?”
”Sampai dokter bilang kalau kandungan kamu benar-benar siap Joey.”
”Tapi gue capek mas harus disuntik sana sini. Kita beralih ke obat aja ya.”
”Nggak, jangan pake obat. Itu bahaya.” Tegas Nagara.
Joey mengalihkan pandangannya. Ini sebenarnya hanya masalah alat kontrasepsi. Joey setiap minggunya harus berbolak-balik ke rumah sakit untuk disuntik agar mencegah dirinya hamil. Semua atas kehendak Nagara, suaminya. Iya Joey tahu ini demi kebaikan dirinya. Namun makin lama Joey merasa kesakitan jika harus disuntik terus menerus.
Melihat tanda kecemasan pada sorot mata Joey, Nagara lalu memeluk istrinya erat. Menenangkan Joey dan meyakini gadis itu bahwa semua akan baik-baik saja.
”Bertahan dikit lagi. Demi kita, saya dan kamu. Ya?”
Joey akhirnya mengangguk pelan di dalam pelukan Nagara. Lelaki itu cukup keras kepala, jadi mau tidak mau Joey harus bisa menghadapi sikap keras kepala dari suami tampannya itu.
”Mas.”
”Hmmm?”
”Kangen.”
Nagara terkekeh pelan. Ia tahu setiap Joey mengatakan kangen padanya, pasti ada arti terselubung disana.
”Mau saya tidurin lagi malem ini?”
Joey mengangguk gemas.
”Kan udah disuntik, jadi nggak bakal hamil kok, tenang aja.”
Nagara sebenarnya ingin menolak. Namun melihat istrinya memohon begini, lelaki jangkung itu seakan tidak tega. Jujur, Nagara juga sangat merindukan mencumbu dan menghirup aroma cherry dari tubuh Joey.
Dan ya, detik selanjutnya Nagara mencium bibir ranum itu. Mencumbunya dengan rasa rindu yang memenuhi hatinya. Melumatnya dalam, kemudian beralih ke leher jenjang Joey. Memberi tanda pada daerah kekuasaannya itu.
Suara lenguhan, desahan, dan kecupan seketika memenuhi ruangan. Membuat Nagara ingin segera memasuki Joey malam ini. Tangannya membuka satu persatu kancing piyama yang dikenakan sang istri tercintanya. Menangkup buah dada Joey yang sangat pas ditangannya.
Nagara tidak tahan lagi. Ia segera menggendong tubuh mungil Joey dan membawanya ke atas kasur. Ditemani oleh cahaya rembulan, mereka membuat malam ini menjadi malam yang tidak akan terlupakan.
—jaemtigabelas