bagian sebelas; masa lalu kelam Nagara.
”Ckckckckck...” Hendra langsung menggelengkan kepalanya saat sepasang suami-istri itu masuk dengan tangan yang saling bertaut.
”Setidaknya jaga sikap didepan tamu. Masa masuk-masuk udah gandengan tangan aja.” Cibir Hendra yang nampaknya kepanasan karena dirinya yang sudah lama menjomblo.
Joeu yang berdiri dibelakang Nagara mengepalkan tangannya dan ia ayunkan sedikit seolah ingin meninju wajah menyebalkan Hendra.
Dan disinilah Joey sekarang. Duduk di kursi seberang Hendra, menemani dua sahabat itu membahas masalah pekerjaan. Joey sadar, Hendra benar-benar orang yang multifungsi. Selain menjadi OB di kantor, yang setiap harinya hanya membersihkan, membereskan, dan menyiapkan. Tapi dia juga sangat pintar diajak berdiskusi untuk membahas pekerjaan dengan Nagara. Lihatlah sekarang, wajah yang selalu terlihat menyebalkan itu, kini berubah menjadi sangat serius.
Joey tersenyum melihatnya.
30 menit berlalu. Nagara dan Hendra akhirnya mengakhiri diskusi mereka. Menunggu selama kurang lebih 30 menit itu membuat Joey sedikit mengantuk.
”Udah ye pak. Gue mau bobo. Jangan telpon gue lagi terus nyuruh gue kesini. Awas ae, gue bakal dateng sambil bawa panci buat pentung kepala lu.” Omel Hendra. Sungguh berbeda dengan nada bicaranya tadi.
Fyi saja, ternyata Hendra juga tinggal di satu apartemen yang sama dengan Nagara. Joey sudah tidak terkejut lagi, karena Hendra adalah orang kaya berkedok OB yang sebenarnya.
”Ok, jadi kamu mau ngomong apa tadi?” Tanya Nagara membuyarkan lamunan Joey.
Joey terdiam sejenak. Memandang ke bawah, ke arah kakinya. Joey tiba-tiba sangat gugup. Sebenarnya gadis itu ingin menanyakan suatu hal kepada Nagara. Tapi entah apakah lelaki itu akan menerima pertanyaannya?
Mengerti kegugupan sang istri, Nagara berjalan menghampiri Joey dan duduk disamping gadis itu.
”Sini.” Lelaki itu menarik tangan Joey, menyuruhnya untuk mendekat padanya. Joey pun menurut.
”Sebenernya ada yang mau gue tanyain ke lo.” Ungkap Joey dengan nada yang merendah.
”Tanya apa?”
Joey menghembuskan napasnya sejenak. ”Tentang hubungan lo sama Jendra.”
Raut wajah Nagara yang awalnya tenang, kini berubah menjadi sedikit tegang. Lelaki itu mengalihkan pandangannya sejenak. Nagara tahu, suatu hari nanti Joey pasti akan menanyakan tentang ini padanya. Tapi apakah harus sekarang?
Tangan kanannya mulai gemetar. Nagara langsung menggenggam tangan kanannya agar tangan tersebut tidak gemetar lagi.
”Nggak usah dipaksain kalo emang nggak bisa jawab. Mungkin lain waktu, gue bakal tunggu sampai lo udah bener-bener siap mas.”
Nagara menggeleng. ”Sekarang waktunya kamu tahu tentang saya dan laki-laki yang bikin hidup saya sengsara, Joanne.”
Joey tidak menjawab. Ia hanya menatap Nagara dengan tatapan nanar. Terlihat secara jelas bahwa Nagara saat ini sedang melawan ketakutannya.
”Saya sama Jendra pernah bersahabat dulu. Sahabat yang kemana-mana selalu bareng. Dia dulu pernah ditindas sama teman-teman sekelasnya. Makanya saya selalu ada buat dia, semangatin dia, dan membuat dia tersenyum. Dia adalah sahabat yang paling berharga buat saya.”
Joey masih mendengarkan. Sungguh awal yang sangat tidak terduga sebelumnya. Bahwa Nagara dan Jendra dulu pernah bersahabat dekat.
Tanpa disadari, mata Nagara mulai berbinar. Sungguh mengingat masa lalu yang sungguh menyakitkan itu membuat luka yang Nagara sudah sembunyikan dari dulu, kini kembali terbuka.
”Tapi karena kesalah pahaman diantara kita berdua, Jendra menyeret saya buat masuk ke dunianya. Dan semenjak itu, saya lah yang menggantikannya untuk ditindas oleh teman-teman sekelasnya yang nggak berperikemanusiaan itu. Saya ditendang berkali-kali, dilecehkan, dan disiksa seperti binatang.” Nagara tersenyum lirih. ”Tapi saya jadi tahu selama ini yang Jendra alami. Saya bersyukur kalau dia bisa bebas dari teman-temannya itu.”
”Na...”
Buliran air mata pun keluar. Bukan dari mata Nagara, melainkan dari mata Joey. Gadis itu segera menghapus air matanya yang jatuh tanpa permisi. Mendengar cerita memilukan keluar dari mulut Nagara, membuat hatinya teriris. Joey tidak menyangka bahwa Nagara memiliki masa lalu yang begitu menyeramkan. Bulu kuduknya seketika merinding, jika saja Joey ada diposisi itu, mungkin dia memilih mati daripada hidup dengan penuh siksaan.
”Lo kenapa nggak lapor ke pihak berwajib? Kenapa lo biarin mereka nindas lo habis-habisan sampai trauma kayak gini?” Nada Joey bergetar. Mencoba menahan tangisannya agar tidak pecah.
Sekali lagi, senyuman itu tersungging. ”Saya nggak mau dipandang lemah dimata mereka Joey. Makannya saya ladeni saja apa mau mereka.”
Ya Tuhan, sungguh malang nasib mu Nagara.
”Jadi itu alasan lo deketin Freya.”
Nagara mengangguk.
”Rendy tahu?”
”Iya.”
”Kak malik?”
”Mereka yang selamatin saya. Saya tidak tahu kalau selama saya ditindas, mereka semua mengumpulkan bukti, dan mereka lah yang melaporkannya ke pihak berwajib.”
Joey lalu mengangguk mengerti. ”Ok cukup, sekarang gue ngerti.”
”Saya belum selesai.”
”Udah cukup mas, jangan lagi.”
”Tapi saya maksa kamu buat dengerin ini.”
”Mas na, jangan...”
”Gue cinta sama lo.”
Deg! Jantung Joey meledak. Gadis itu langsung membisu. Ada banyak kata yang ingin Joey sampaikan pada Nagara. Tapi mengapa mulutnya tidak bisa berbicara sepatah katapun?
Cup Nagara mendaratkan kecupan lembut dibibir Joey. Menatap gadis itu dengan intens. Memberi kepercayaan pada Joey lewat tatapan tersebut.
Nagara lalu menjauhkan tubuhnya. ”Tidur Joey. Besok ada meeting pagi sama klien.”
Joey mendengus kesal. Nagara sudah kembali menjadi Bapak Nagara yang sangat menyebalkan. Baru saja lelaki itu membuat Joey terbang sampai langit ke tujuh. Hilang sudah khayalan tentang Nagara yang bersikap manis, menggendongnya ke kamar atau memeluknya semalaman.
Dan akhir malam ini, Joey menjadi sangat tolol. Diam. Melamun. Dengan wajah yang selalu merah.
Nagara mencintainya. Juga.
Setelah Joey meninggalkan Nagara sendirian di ruang kerjanya, lelaki itu berdiri . Berjalan menuju jendela besar yang membawanya ke arah sinar rembulan yang begitu menawan. Nagara memandang ke luar. Menatap langit. Menerawang jauh. Ia memejamkan mata. Kembali mengingat masa kelamnya.
Flashback
”Jen, dengerin penjelasan gue dulu.” Nagara menarik lengan Jendra untuk berbalik menghadapnya.
Mereka sedang berada di rooftop sekolahnya. Nagara yang sedari tadi mengejar Jendra untuk memberikan penjelasan mengenai hubungannya dengan Freya. Berharap sahabatnya itu mau mendengarkannya.
”Mau jelasin apa hah?” Jawab Jendra ketus.
”Gue sama Freya nggak ada apa-apa. Percaya sama gue.”
Jendra menggeleng pelan. “Gue selama ini percaya sama lo na. Cuma lo yang gue punya di dunia ini. Dan cuma lo yang mau temenan sama gue. Tapi lo malah hancurin kepercayaan gue. Lo rebut Freya dari gue na.”
”Jangan percaya apa kata mereka. Gue sama Freya nggak pacaran jen. Kita nggak ada hubungan apa-apa.”
”WOY JEN!!! MANA NIH YANG KATA LO BAKAR MOTOR TIO?!!!!” Teriak salah satu anak lelaki di ujung sana.
”Nih. Dia yang bakar motor tio kemarin.” Jendra menunjuk ke arah samping. Nagara yang tidak tahu apa-apa hanya menatap Jendra tidak menyangka.
”Jen lo...”
”Waaahhh jadi lo tersangkanya? Bakar motor gue seenak jidat lo. Jangan lo pikir, lo anak orang kaya bisa berlaku semena-mena!!!.” Bentak anak yang bernama Tio tepat di wajah Nagara.
”Gimana nih? Habisin nggak?” Tanya Tio pada temannya. Tentu saja teman-temannya menyetujuinya.
Tanpa babibu lagi. Pukulan demi pukulan melayang keras di tubuh Nagara. Jendra? Lelaki itu hanya diam memandangi sahabatnya dipukul secara habis-habisan.
Dan semua terjadi begitu saja. Seterusnya akan seperti itu. Bayangkan, selama setengah tahun Nagara hidup dengan penuh siksaan.
Nagara membuka matanya. Kembali dari dunia memori yang gelap. Masa lalu itu sudah bertahun – tahun berlalu. Tapi Joey, membuat Nagara harus mengingatnya lagi. Seakan-akan semua itu beru terjadi kemarin. Membuka luka di hati terdalam Nagara.
—jaemtigabelas.