bagian dua belas; pertemuan.
”Sebenernya gue ngajak lo ke sini buat ngomong sesuatu.” Jendra menyesak kopinya.
Nagara menyembunyikan tangannya di bawah meja. Menahan tangan kanannya yang sedari tadi gemetar tidak karuan dan berusaha untuk tetap tenang, meski jantungnya seakan ingin meledak.
”Ngomong apa?”
Kini mereka sedang berada di restoran yang terletak didekat kantor. Awalnya memang membahas tentang pekerjaan. Tapi entah, sekarang hawanya tiba-tiba berubah menjadi serius dan mencengkam.
Jendra menegakkan tubuhnya dan menatap Nagara dengan tatapan yang sedikit mengintimidasi. ”Gue tahu lo udah menikah. Dan gue sempat deket sama istri lo. Kita berdua pernah makan siang bareng kemarin.”
Dan yups, tangan Nagara terkepal kuat. Rahangnya mengeras seiring amarahnya yang semakin memuncak.
”Lo apain istri gue bangsat?” Desis Nagara geram.
Jendra mengedikkan bahu. ”Kita hampir ciuman waktu itu, tapi gagal. Dan gue akui...” Jendra mendekatkan wajahnya, ”Pelukan istri lo benar-benar hangat.”
BUUUGGHHHHH....
Satu pukulan keras menghantam wajah Jendra sampai lelaki itu terhuyung ke bawah. Nagara sudah tidak tahan lagi. Matanya sudah mulai memerah karena menahan amarah.
”GUE PERINGATIN LO... JANGAN SENTUH ISTRI GUE!!!” Teriak Nagara murka.
—jaemtigabelas