bagian sembilan; pulang.

Dress panjang berwarna abu-abu tersebut sangat menawan saat dipakai Joey pada malam ini. Pesta yang diselanggarakan untuk merayakan kelulusan S2 kakaknya itu, membuat Joey harus menyalami satu per satu tamu yang tidak dikenalinya. Karena mayoritas tamu yang datang adalah teman Malik dan kerabat orang tuanya.

Sebenarnya Joey sangat malas apabila mama dan papanya harus menyelenggarakan pesta tidak penting ini di rumahnya dan mengundang semua orang yang tidak Joey ketahui identitasnya. Namun yang membuat gadis mungil itu sangat bahagia adalah kehadiran kakaknya yang sudah hampir dua tahun tidak pulang karena menempuh pendidikan S2 nya di Kanada.

Joey mengitari halaman rumahnya, melewati segerombolan orang yang tengah menikmati pesta untuk mencari sosok kakaknya. Dan ketemu...

Malik kini sedang berbincang dengan teman-temannya yang tak lain adalah Hendra, Rendy, dan lelaki itu. Jangan paksa Joey untuk menyebut namanya, karena hanya dengan menyebutkan nama lelaki itu membuat Joey muak.

”Dek, sini!” Malik melambaikan tangannya saat menemukan sosok Joey tengah berdiri menatapnya.

Joey menurut, meskipun hatinya mulai was-was karena Nagara ada disana, sedang menatapnya dengan sorot mata yang membunuh.

”Waahhh adek gue makin hari makin cantik kagak? Padahal dulu nih anak doyan banget ngompol dicelana.” Ujar Malik yang langsung dibalas pukulan keras oleh sang adik.

Hendra dan Rendy tergelak mendengarnya. Nagara... lelaki itu hanya tersenyum tipis. Seakan senyuman itu sangat mahal untuk ditunjukkan ke semua orang yang ada disana.

”Lu juga bukannya dulu suka banget berak di celana?” Hendra mulai membuka candaan. Yang dibalas cekikikan dari Malik, Joey, dan Rendy.

Nagara hanya mengamati candaan mereka. Ia sadar, Joey menjaga jarak dengannya. Gadisnya terus berpegangan pada lengan Malik. Terlihat seperti sedang mencari perlindungan. Begitu juga dengan Malik yang merangkul pundak Joey yang terbuka. Menyentuh langsung kulit mulus Joey. Hal itu membuat rahang Nagara mengeras.

’Jangan bercanda Nagara. Kamu cemburu dengan Malik, karena dia menyentuh tubuh gadismu? Heii... Malik itu kakak kandung istrimu.’ Bisik malaikat kecil di telinga kanannya.

”Tapi Malik juga cowok!’ tegas iblis yang juga berbisik di telinga kiri Nagara. Membuat si malaikat terdiam dan melebarkan matanya. Nagara lalu mengeratkan cengkeraman tangannya pada gelas yang digenggamnya.

Joey sesekali melirik Nagara yang sedang menghabiskan segelas wine di gelasnya dengan sekali teguk. ’Dasar pecandu alkohol.’ Batinnya.

Seketika memori kejadian pertemuan terakhir mereka berputar diotaknya. Dimana saat itu Nagara dipeluk oleh seorang wanita. Meskipun lelaki itu tidak membalas pelukan Freya, tapi tetap saja Joey marah. Kenapa Nagara bisa diam saja dan tidak menolak skinship yang diberikan oleh wanita itu? Apakah mereka selalu melakukan skinship tanpa sepengetahuan Joey?

Tidak ada permintaan maaf dan tanda-tanda penyesalan, membuat Joey semakin membenci Nagara. Persetan dengan omongan Hendra yang mengatakan bahwa lelaki itu hanya mementingkan ego. Joey tidak butuh apapun, yang gadis itu butuhkan hanyalah permintaan maaf dari seorang Abimanyu Surya Nagara.

Namun sepertinya, Joey harus menunggu matahari terbit dari barat dulu baru bisa melihat Nagara memohon maaf kepadanya.

Karena tidak nyaman dengan lingkungan pertemanan sang kakak, Joey mulai beranjak dari tempatnya, menyusul kedua orang tuanya yang berada di ujung sana.

”Ma, aku ke dalam aja ya. Kepala ku tiba-tiba pusing.” Ungkap Joey yang merasa kepalanya mulai berat.

”Yaudah kamu ke dalam aja ya sayang. Minum obat abis itu istirahat.”

Joey menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju kamarnya. Saat memasuki ruangan tersebut, membuat Joey bernostalgia masa-masa sekolahnya. Beberapa foto bersama teman-teman SMA nya yang dibingkai bagus terpajang disekeliling kamarnya.

Gadis itu mulai membuka resleting dressnya karena ingin melepaskan dress ketat itu dan berganti ke baju tidurnya. Namun saat ia berbalik, Joey mendapati sosok lelaki yang sedari tadi mengganggu pikirannya.

Nagara, suaminya itu sedang tertidur di atas kasurnya dengan mata yang terpejam. Jantung Joey seketika berdetak 100x lebih cepat dari biasanya. Dan sekarang 1000x lebih cepat saat Nagara tiba-tiba membuka matanya dan membalas tatapan Joey.

”Saya bosan, jadi saya tidur disini.” Ujarnya lalu bangun dan terduduk disamping kasur miliki Joey.

”S... sejak kapan?” Tanya Joey dengan sedikit terbata-bata. Gadis itu nampak panik, apakah Nagara sempat melihat dirinya membuka resleting dressnya tadi?

”Sini!” Pinta Nagara dengan suara lembut. Namun bukannya maju, Joey malah melangkah mundur. Membuat lelaki itu mengerutkan dahinya ”Sini Joey.”

”Nggak mau.” Tolak Joey sambil menatap Nagara sedikit takut.

“Kamu kenapa?” Tanya Nagara. Dengan nada seperti biasa. Dingin, lembut tapi ketus. “Kamu masih marah?”

Joey menggeleng pelan. Gadis itu gugup, Nagara tahu itu. kemudian lelaki itu menarik istrinya dan memaksa Joey untuk duduk di tepi kasur. Sedangkan Nagara masih berdiri tegak berhadapan dengan Joey. memasukkan tangannya kedalam saku celananya.

”Kamu marah sama saya?”

’Ya menurut lo?!’ Batin Joey

”Nggak.” Jawab Joey pelan.

”Joanne!” Tegas Nagara. Ia ingin gadis yang ada didepannya ini berkata jujur padanya.

“Apa yang lo mau sih mas?” Setelah mengumpulkan keberaniannya, Joey menatap Nagara.

“Ayo pulang!”

“Pulang?” Joey mengernyit. “Ini rumah gue.”

“Pulang, Joey.” Nagara menahan geramannya. “Ke rumah kita.”

“Kita?”

“Jangan melawan! Ayo!” Nagara tidak mau lagi mendengar Protes dari mulut Joey.

Nagara menggandeng Joey dengan kuat. Sedikit menyeretnya untuk menuruni tangga. Joey mengikuti langkah Nagara dengan terseok. Rasa enggan, was–was dan takut bercampur menjadi satu.

Sesampainya di halaman rumah, Nagara melepaskan cengkeraman tangannya pada lengan Joey. Namun dengan cepat tangannya berpindah memeluk posesif pinggang Joey, seolah ingin menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa gadis yang ada disampingnya ini adalah miliknya.

Kedua orang tua Joey, Malik, Hendra, serta Rendy pun hanya bisa menatap kedua sejoli itu dengan tatapan heran.

“Loh na, lo masih disini?” Tanya Malik yang menyadari Nagara dan Joey berjalan mendekat.

“Ayah maaf. Mulai malam ini, saya akan membawa Joey untuk tinggal bersama dengan saya lagi.”

Mengabaikan Malik, Hendra, dan Rendy. Nagara langsung berkata to the point pada kedua mertuanya. Khas Abimanyu Surya Nagara sekali.

“Tapi…” Joey hendak memotong.

Nagara langsung mengeratkan tangannya pada pinggul Joey. membuat gadis itu merasa sangat terintimidasi dan pasrah.

“Ohhhhh.. Ya sudah kalau kalian sudah memutuskan. Ayah percaya kamu akan menjaga Joey dengan baik, Nagara.” Jawab ayah Joey—sedikit ragu sebenarnya.

”Baik ayah. Kalau begitu kami pamit.”


Sesampainya di apartemen Nagara, Joey langsung di bawa ke kamarnya. Tidak ada percakapan diantara mereka sedari tadi. Joey masih menimbang kalimat yang pantas untuk ia ucapkan, mengingat Nagara dalam mood yang kurang bagus. Ia takut Nagara akan mengamuk.

“Lo mau marah sama gue?” Joey memberanikan diri untuk bertanya.

“Saya nggak bilang gitu.”

“Kenapa?”

“Apa?”

“Kenapa bawa gue kesini lagi?”

”Karena kamu istri saya Joey.” Nagara melepas jasnya. Menyisakan kemeja hitam di badannya.

“Tidurlah! Masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan.” Pungkas Nagara lalu keluar dari kamarnya.

Di Ruang kerjanya, Nagara duduk dengan frustasi. Meremas rambutnya. Sesekali mendesah berat. Ya Tuhan, dia pasti gila sekarang. Joey terlalu banyak mempengaruhinya. Nagara bahkan bertindak sejauh ini demi menjauhkan Joey dari segala macam lelaki hidung belang disana.

Yaa, Nagara membawa Joey kembali karena ia tidak ingin gadis itu berada dalam satu rumah yang sama dengan Malik. Astaga! Silahkan kalian tertawa dan mencibir Nagara sepuasnya. Cemburumu sangat kekanakan, na!

—jaemtigabelas