bagian tiga belas; malam itu.

BRAAAAKKKKK

Joey tersentak saat suara keras dari pintu kamarnya hampir membuat gendang telinganya pecah. Ia berbalik, mendapati Nagara yang seperti dirasuki iblis. Wajah yang memerah, tatapan yang tajam, dan kepalan tangan yang siap meninju siapa saja yang ada didepannya saat ini.

Nagara berjalan cepat menghampiri Joey yang sedang berdiri kaku. Menarik paksa tangan gadis itu dan ia hempaskan ke kasur.

SRAAAAKKKKK Nagara merubuhkan rak buku yang ada didekatnya. Bukan hanya rak buku, meja kerjanya dan lemari baju semua menjadi korban kemarahan Nagara. Seolah lelaki itu ingin merubah kamar Joey menjadi kapal pecah.

”Mas. Lo ngapain?!” Joey lalu berdiri.

”APA HUBUNGAN LO SAMA JENDRA?!!!!” Bentak Nagara. Membuat Joey takut dan bingung harus menjawab apa.

”JAWAB JOANNE!!!! BERANI-BERANINYA LO MAIN BELAKANG SAMA GUE!!!”

PRAAAANNNGGG Joey langsung menutup kedua telinganya saat Nagara menghancurkan kaca riasnya menjadi hancur berkeping-keping. Dan kini kamar itu sudah tidak berbentuk lagi.

”Berhenti mas... dengerin gue dulu!” Joey sedikit berteriak, lalu mencoba untuk meraih tangan Nagara.

”Jangan sentuh gue. Atau gue bakal pukul lo!!”

“Berhenti, gue mohon!” Isak Joey. gadis itu bahkan tidak sadar kapan ia mulai menangis.

Bukannya berhenti, Nagara justru malah melanjutkan kegiatannya menghancurkan kamar Joey. Membanting barang–barang yang terjangkau olehnya. Dia terlihat seperti setan bertanduk sekarang. Joey sudah tidak tahan. Ini tidak akan selesai kalau Nagara hanya mengamuk tanpa bicara.

GREP! Setelah mengumpulkan keberaniannya, Joey menghampiri Nagara dan memeluk belakang lelaki itu. Dengan tangan yang gemetar, Joey berusaha mempererat pelukannya.

Nagara menegang. Joey memeluknya dengan suka rela. Pelukan pertamanya.

”Berhenti, nana.” Joey masih terisak. ”Gue mohon berhenti.”

Nagara tersentak. Nana? Hati Nagara menghangat beberapa detik sebelum ia mengingat sesuatu.

”Lo juga peluk dia kayak gini Joey?” Tanya

”Peluk siapa?”

”LO PELUK DIA JOANNE!!!!”

”PELUK SIAPAA SIH??!!!”

Bukannya menjawab, Nagara justru berbalik. Menarik tangan Joey dan menangkup pipi gadis itu lalu menciumnya. Mencium bibir ranum itu dengan sedikit kasar dan menuntut. Joey yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya pasrah. Ia tahu Nagaranya sedang marah. Mungkin dengan berciuman seperti ini, semua bisa kembali seperti semula.

Selang beberapa detik, Nagara mendorong tubuh Joey untuk tidur di atas kasur, dengan masih mengecap bibir satu sama lain. Nagara masih terus melumat bibir Joey, bergelut dengan lidahnya hingga menimbulkan desahan kecil dari mulut gadis itu.

Nagara merambatkan tangannya di tengkuk Joey dan menekan kepala gadis itu. Membuat mereka berciuman secara intens. Ciuman yang dalam dan panjang.

Lelaki jangkung itu kini berpindah ke leher jenjang Joey. Menciumnya sampai menimbulkan bekas kemerahan disana. Memberikan tanda bahwa wilayah tersebut adalah miliknya.

Tangannya lalu membuka satu persatu kancing piyama yang dikenakan Joey. Namun sebelum semua kancing terbuka, Nagara mengangkat kepalanya sejenak untuk menatap wajah berseri Joey yang tidak berdaya dibawahnya.

Gadis itu membalas tatapannya. Menatap Nagara dengan tatapan tak kalah intens dari lelaki itu. Sorot mata yang memabukkan itu seolah meminta izin. Apakah boleh Nagara menyentuh Joey malam ini? Menjadikan gadis itu miliknya?

Seolah peka dengan apa yang dimaksud Nagara, kepala Joey lalu mengangguk pelan. Tanda memberi izin lelaki itu untuk menjamahi tubuhnya malam ini.

Merasa ada lampu hijau, Nagara kembali mencium bibir Joey. Melepaskan jas, dasi, serta kemeja kerjanya secara bersamaan. Menyisakan tubuhnya yang tidak berbalut benang apapun. Joey bisa merasakan kulit Nagara bersentuhan langsung dengan kulitnya, dan keringat mereka yang menyatu.

Desahan demi desahan mulai terdengar memenuhi kamar yang masih seperti kapal pecah itu. Melupakan masalah yang harus mereka luruskan dan menikmati malam yang sangat indah ini.

—jaemtigabelas