Bagian tiga; Perseteruan di Pagi Hari.
Setelah selesai sarapan—walau dengan mood yang buruk— dan berdandan cantik, Joey kemudian mengambil tas kerjanya yang berwarna ungu lavender itu—warna kesukaannya— lalu segera berangkat ke kantor.
Awalnya Joey sangat ingin meliburkan diri hari ini. Pasalnya, ia tidak bisa berangkat kerja dalam keadaan mata sembab seperti ini, semalaman menangisi lelaki tidak punya hati itu sampai tidak bisa tidur. Toh bekerja atau tidak, Joey masih tetap diberikan uang oleh Nagara. The power of istri seorang bos.
Joey menggelengkan kepalanya sejenak. Tidak, ia tidak boleh terlihat lemah di depan Nagara. Seolah dirinya sangat rapuh dan tidak bisa hidup tanpa lelaki bajingan itu. Tidak, Joey bukan gadis selemah itu. Meskipun hatinya berkata lain, namun dirinya harus bisa terlihat kuat.
Joey, ini bukan kali pertama Nagara menyakitimu. Bahkan kamu pernah mergokin dia tidur bersama wanita lain bukan?
”Lama banget keluarnya.”
”EH KAGET ANYING.” Joey terjengat kaget saat mendengar suara yang tidak asing ditelinganya.
Nagara... lelaki itu sudah berada di depan kosan Joey. Berdiri disamping mobilnya yang terparkir di depan pagar, dan menyandarkan punggungnya di pintu mobil. Dengan hanya memakai kemeja putih tanpa jas, dua kancing atas terbuka sedikit serta dasi yang masih belum terikat di lehernya. Ah sial, kenapa hari ini Nagara terlihat sangat... sexy.
”L... lo ngapain ke sini?” Joey langsung mengalihkan pandangannya ke sekitar. Sebisa mungkin ia tidak beradu tatap dengan Nagara. Bisa-bisa jantungnya akan terbang dari tempatnya kalau masih tetap menatap Lelaki itu.
”Mau jemput kamu.” Jawab Nagara dengan suara yang agak berat, seperti baru bangun tidur.
”Ngapain? Kan gue nggak nyuruh lo buat jemput gue mas.”
”Saya tahu kamu mencoba menjauhi saya hari ini. Makanya saya jemput kamu biar bisa berangkat kerja bareng, Joey.”
Sorot mata Nagara masih terlihat tenang. Seperti tidak ada beban dan kesalahan yang harus ia pertanggung jawabkan saat ini. Apakah Nagara tidak tahu bahwa ia baru saja mematahkan hati seseorang?
”Kenapa diem? Apa perlu saya bukain pintu buat kamu?” Nagara mulai kesal saat melihat Joey tidak berkutik sama sekali.
Karena tidak memiliki pilihan lain, Joey masuk ke dalam mobil hitam itu. Namun yang membuat Nagara mendengus kesal adalah, bukannya duduk di kursi depan, Joey malah duduk di kursi belakang mobil. Lelaki jangkung itu lalu membuka paksa pintu belakang dan menundukkan kepalanya sedikit, mensejajarkan kepalanya dengan kepala sang istri.
”Emang saya supir kamu?” Tanya Nagara dengan rahang yang mengeras.
Joey tahu kalau suaminya itu sedang kesal, namun ia tidak peduli. Ia tetap duduk disini sampai kapanpun.
”Pindah depan!” Imbuh Nagara.
”Nggak mau.”
”Joanne.”
Gadis dengan rambut berkuncir kuda itu pun kini memberanikan diri untuk menatap sang lawan bicara. Kalau Nagara sudah menyebutkan nama aslinya, itu berarti Nagara ingin berbicara serius.
”Gue nggak mau mas Nagara yang terhormat. Gue nggak mau duduk di tempat yang pernah cewek lo dudukin, apalagi tempat dimana lo ciuman sama dia.” Jelas Joey dengan sedikit penekanan pada kalimat terakhir.
Terbayang lagi memori malam itu, disaat Joey dengan jelas melihat suaminya tengah berciuman dengan wanita lain dengan mata kepalanya sendiri. SIAL.
Nagara hanya menyipitkan matanya kemudian, sebelum menutup kembali pintu dan berpindah ke kursi kemudi. Membiarkan Joey yang tengah duduk di kursi belakang lalu menjalankan mobilnya.
”Mas, kita mau kemana? Ini kan bukan jalan ke kantor.” Joey terheran.
”Mau beli mobil.”
”HAAAHHHH?” Joey menegakkan tubuhnya, ”Mas, nggak usah bercanda ah.”
”Emang raut muka saya keliatan bercanda, Joey?” Terlihat Nagara sedikit melirik Joey lewat kaca yang terletak ditengah-tengah mobil.
”Ngapain sih beli mobil segala?”
”Biar istri saya yang paling cantik ini mau duduk di samping saya.”
Joey diam, kalimat terkahir Nagara sukses membuat gadis mungil itu bungkam seketika.
—jaemtigabelas