bagian tujuh puluh delapan; kejadian tidak terduga.

Anne sudah tidak tahan lagi. Ia tidak bisa jika hanya berdiam diri di rumah sambil menunggu kabar yang tidak pasti. Ini menyangkut nyawa anaknya. Putri semata wayangnya. Dan sebagai ibu, Anne tidak bisa diam saja.

Wanita yang hanya memakai kaos berwarna merah muda polos serta cardigan berwarna abu-abu itu pun turun dari mobilnya. Setelah hampir lima belas menit ia melewati jalanan gelap dan berlumpur, Anne akhirnya sampai ke lokasi dimana Luna diculik saat ini.

“Ayah ....”

Merasa terpanggil, Pak Josh membalikkan badannya. Ia tertegun saat mendapati Anne sudah berada dihadapannya sekarang.

“Kamu ngapain disini astaga? Ayah kan sudah bilang. Jangan datang ke sini, Ann. Bahaya!” Omel Pak Josh kemudian.

Anne menggeleng pelan, “Nggak bisa yah. Aku nggak mungkin diam aja waktu anak aku diculik sama orang asing!” Tegas Anne pada sang ayah.

Matanya sudah mulai berair. Hati dan pikirannya sudah kacau. Seakan jiwanya sudah dicabut dari tubuhnya. Anne tidak bisa berpikir jernih saat ini.

“Terus kenapa ayah malah diam aja disini? Selamatin anak sama suami aku ayah!” Pekik Anne geram.

Pak Josh berusaha menenangkan Anne yang sedang kacau, “Kamu tenang dulu, Ann. Penculiknya udah pasang bom disana. Ayah juga harus cari bom itu dulu sebelum masuk.”

Anne nampak terkejut bukan main. Bom? Oh ayolah, ada dua orang yang sangat dicintainya berada disana. Dan Anne tidak ingin kehilangan keduanya.

“Yah ....” Anne mulai terisak. Nada bicaranya begitu pedih didengar. Sakit. Hatinya sangat hancur. “Ada suami sama anak aku disana.”

Pak Josh menundukkan kepalanya. Jujur, ia juga pening sekarang. “Kamu tunggu ya. Teman ayah lagi cari bomnya. Semoga bomnya cepat ketemu terus teman ayah bisa menonaktifkan bomnya. Dan ayah bisa selamatin anak sama suami kamu.”

“Bunda!!!!”

Tangisan Anne seketika berhenti. Wanita itu tertegun saat mendengar suara Luna—walau masih terdengar samar.

“Bunda!!!!”

Suara itu semakain mendekat. Dan dari kejauhan, Anne bisa menangkap seorang anak kecil dengan boneka barbie yang ia genggam, sedang berlari keluar dari gedung berlantai dua puluh itu.

“LUNAAAAA!!!!” Pekik Anne dan langsung berlari menghampiri sang putri tercintanya.

“Syukurlah nak kamu selamat.” Anne menangis bahagia saat mendapati tubuh Luna tidak terluka sedikitpun. Ia langsung memeluk daksa sang anak dengan erat.

“Ayah kamu dimana sayang? Kok nggak ngikutin kamu?” Tanya Anne yang menyadari Jeffry tidak kunjung keluar dari gedung gelap itu.

“Ayah ....” Luna menggantungkan kalimatnya. Anak kecil itu masih sesegukan dan masih terlihat syok. Sehingga sedikit sulit untuk berbicara, “Ayah masih di dalam, Bunda. Lagi berantem sama orang yang culik Luna tadi.”

“Astaga ....” Jantung Anne seolah sudah menghilang entah kemana.

“Pak, bom nya sudah dinonaktifkan.” Ujar rekan Pak Josh.

“Baik, kita bisa masuk sekarang.” Perintah Pak Josh pada anak buahnya yang lain.

Semua orang yang berada disana langsung masuk ke dalam gedung dengan masing-masing pistol yang sudah digenggam oleh mereka. Namun, saat Pak Josh dan para bawahannya ingin masuk ke dalam gedung ....

DOOORRRRR!!!

Tiba-tiba terdengar suara tembakan pistol yang sangat keras entah dari mana. Dan detik selanjutnya, seseorang terjatuh dari gedung berlantai dua puluh itu.

Saat salah satu bawahan Pak Josh mendekat ke arah objek, untuk mengecek siapa yang jatuh dari atas gedung?

“Pak, William tewas!” Teriak salah satu rekan Pak Josh. Membuat semua orang yang ada disana terkejut bukan main. Bahkan Anne pun ikut terkejut.

Tanpa menunggu lama lagi, Pak Josh serta bawahannya yang lain langsung berlari menghampiri. Dan yang benar saja. William ditemukan tewas dengan posisi terlentang dan tangan yang sedang menggenggam sebuah pistol, darah segar seketika mengalir deras di daerah belakang kepalanya, serta dahi sebelah kanan yang berlubang akibat sebuah tembakan.

Pak Josh, dengan mata yang masih membulat sempurna dan rahang yang mengeras lalu mendongak ke atas. Tepatnya ke arah rooftop gedung. Menampakkan Jeffry yang sedang tersenyum lebar sambil menatap ke arah bawah. Dan tentu saja, hanya Pak Josh yang melihat hal tersebut karena bawahannya sibuk dengan mayat William yang sudah terkapar tidak berdaya.

Apa yang sudah iblis itu perbuat?

—jaemtigabelas