Buku dan Flashdisk

Suara berisik dari orang yang sedang memukul dinding itu tidak mampu membuyarkan saripati Anne pada rumah mewah ini. Ia menatap sekeliling, sambil berkutat dengan pikirannya sendiri. Mengapa lelaki yang mengaku Jeffry memaksa Anne untuk merenovasi rumah ini?

Ngomong-ngomong soal mimpi, bagaimana Anne bisa tahu bahwa yang ada di mimpinya itu bukan Jeffry suaminya? Awalnya Anne berpikir, selama ini ia memimpikan Jeffry karena efek kerinduan nya yang semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Ia membutuhkan Jeffry, ia menginginkan Jeffry, ia merindukan Jeffry, sampai-sampai terbawa mimpi. Akan tetapi, semakin lama Anne semakin sadar, kalau ia memimpikan orang asing. Bukan orang asing lebih tepatnya, tetapi Anne memimpikan Jeffry yang asli.

Dimimpi Anne, Jeffry selalu mengenakan setelan serba putih, dengan wajah yang sayu dan pucat, serta rambut yang berantakan. Perawakannya persis seperti Jeffry suaminya. Akan tetapi ada yang membedakan mereka kedua.

Tanda lahir pada pelipis sebelah kanan, suaminya tidak memiliki itu.

Anne semakin yakin bahwa dirinya memimpikan Jeffry asli, saat dirinya tidak sengaja melihat foto keluarga Pak Adhi di foto album yang disita sang ayah. Foto Pak Adhi dengan mengenakan seragam kepala polisi nya, tengah duduk di tengah-tengah istri dan anaknya. Terlihat seperti keluarga bahagia. Dan saat itu Anne menyadari sesuatu, bahwa Jeffry yang asli, memiliki tanda lahir yang kecil di pelipis kanannya.

Tapi apa tujuan lelaki itu datang ke mimpi Anne dan memaksnya untuk merenovasi rumah ini? Dan dimana makam Jeffry berada? Bodohnya Anne baru sadar sekarang.

“Mbak ....”

Anne menoleh ke belakang saat seseorang memanggilnya, “Iya pak?”

“Ini, saya temuin buku di bawah lantai kamar Pak Adhi.”

“Di bawah lantai?” Anne nampak bingung.

“Iya mbak. Kan kamar Pak Adhi lantainya terbuat dari kayu, tadi saya sempat kesandung, terus lantai kayunya kayak kebuka sedikit. Waktu saya benerin, saya malah temuin buku ini.” Ungkap orang yang Anne sewa untuk merenovasi rumah ini, sembari menyodorkan buku berwarna hitam padanya.

“Ohhh, terima kasih ya pak.” Anne yang masih bingung kenapa orang itu memberikannya buka pribadi yang entah milik siapa itu. Mau tidak mau Anne menerimanya. Dan orang itu berlalu pergi.

Sebenarnya Anne selalu menjaga privasi orang. Jika Anne dititipkan barang oleh orang lain, Anne tidak akan lancang untuk membuka atau menggunakan barang orang tersebut, termasuk orang terdekatnya. Karena Anne pikir bahwa ia tidak memiliki hak untuk itu. Tapi entah mengapa, buku ini seolah menghipnotis Anne untuk membukanya. Hanya melihat covernya yang berwarna hitam polos itu, membuat Anne penasaran dengan isi buku ini.

Karena ia paling benci dibuat penasaran, Anne membuka buku tersebut. Toh, orangnya juga udah tidak ada kan?

Halaman pertama, memperlihatkan coretan tulisan Pak Adhi yang penuh dengan huruf latin. Sepertinya ini adalah buku diary lelaki tua itu. Karena mayoritas bukunya berisi aktivitas sehari-hari Pak Adhi. Anne membuka lembaran demi lembaran, sampai pada lembaran tengah buku itu, terdapat sebuah flashdisk berukuran kecil berwarna abu-abu. Alis Anne berkerut, flashdisk apa ini?

Kembali lagi, karena Anne paling benci dengan rasa penasaran, Anne melangkah keluar dari rumah itu menuju mobilnya. Kebetulan ia membawa laptop yang ia simpan di kursi belakang mobilnya.

Saat sampai di dalam mobil, Anne mengambil laptopnya, menyalakan benda ramping itu, lalu menancapkan flashdisk yang ia pegang pada laptop miliknya.

Tidak ada apa-apa, hanya ada satu video berjudul 'malam itu'. Sejenak Anne menggigit ibu jarinya. Apakah perbuatannya ini benar? Atau justru salah dan jadi boomerang buatnya nanti? Akan tetapi, rasa penasarannya sudah memuncak.

Setelah satu menit ia habiskan untuk berpikir, Anne memutuskan untuk membuka video tersebut. Video berdurasi lima menit yang direkam dengan kamera handphone. Ditengah ruangan yang sedikit gelap karena minimnya lampu pencahayaan, terdapat dua orang yang sedang bercekcok. Anne sedikit memicingkan matanya, sangat serius menonton video tersebut. Dan Anne baru sadar kalau dua orang yang sedang bercekcok itu adalah Pak Adhi dan Jeffry. Entah mereka sedang mempermasalahkan apa? Tapi samar-samar Anne mendengar kalau Pak Adhi sangat menentang tujuan hidup putranya itu.

Yang awalnya ekspresi Anne nampak biasa, semakin lama ekspresi itu berubah menjadi sangat serius. Atensi Anne sudah terpaku pada video tersebut. Sampai pada akhirnya Anne dibuat terkejut bukan main. Ia menutup mulutnya dan kedua mata yang hampir keluar dari tempatnya. Terdengar suara pukulan berkali-kali pada video itu, membuat wanita pemilik nama Elaine Khalida itu merasa kalau tidak seharusnya ia membuka video ini.

Dan video itu berakhir. Anne masih terduduk kaku di dalam mobilnya. tangannya perlahan turun dari mulutnya, kini menuju jantungnya yang berdetak sangat kencang. Dengan masih sedikit syok, Anne kembali membuka buku tersebut. membuka lembaran-lembaran kusam itu, siapa tahu Pak Adhi menuliskan sesuatu soal kejadian di dalam video tersebut.

Benar saja, pada halaman terakhir, Pak Adhi menulis,

'Aku menyayangi putra ku. Hanya dia satu-satunya putra yang aku punya. Aku memintanya untuk sekolah polisi, supaya dia bisa menjadi penerus ku nantinya. Tapi aku sangat marah, waktu dia dengan bersikeras tidak mau menjadi polisi seperti ayahnya. Dia bilang 'Polisi itu sampah, bisanya malakin duit orang aja tapi nggak bisa menegakkan keadilan.' Dia malah mau jadi anak band yang aku tahu sekali pasti suatu saat nanti, masa depan anak ku pasti tidak jelas. Tapi dia masih memaksa aku untuk mendukung tujuan hidupnya, membuat aku sangat marah dan mau menghukumnya. Ditengah aku menendang perutnya, aku tidak sadar kalau tangan ini tiba-tiba mengambil asbak yang ada di meja kerja ku, lalu aku memukul kepala anak ku berkali-kali sampai dia tidak bernapas lagi. Aku bingung harus bagaimana? Aku tidak ingin kehilangan pekerjaan ku karena dicap sebagai pembunuh anak ku sendiri. Istri ku yang melihatnya, menyarankan aku untuk menyembunyikan mayat anak ku. Aku menurutinya.

Nak, bukannya ayah jahat sama kamu. Maafkan ayah, ayah cuma mau yang terbaik buat kamu. Tapi karena kamu menentangnya, jangan salahkan ayah atas perbuatan ini. Semoga kamu tenang disana.'

Anne menutup buku tersebut. Air matanya terjatuh. Sangat sakit waktu membaca deretan kalimat yang ditulis oleh Pak Adhi. Ayah paling kejam yang pernah ada di dunia ini. Ayah mana yang tega membunuh anaknya, dan menyembunyikan anak biologisnya sendiri?

Setelah menonton video tadi, Anne semakin yakin akan alasan mengapa Pak Rudy dijadikan kambing hitam oleh Pak Adhi. Karena Pak Rudy memegang bukti kuat saat Pak Adhi membunuh Jeffry, lalu menyembunyikan mayat Jeffry di balik dinding rumahnya sendiri.

To be continued...