jaemtigabelas

bagian sembilan; pulang.

Dress panjang berwarna abu-abu tersebut sangat menawan saat dipakai Joey pada malam ini. Pesta yang diselanggarakan untuk merayakan kelulusan S2 kakaknya itu, membuat Joey harus menyalami satu per satu tamu yang tidak dikenalinya. Karena mayoritas tamu yang datang adalah teman Malik dan kerabat orang tuanya.

Sebenarnya Joey sangat malas apabila mama dan papanya harus menyelenggarakan pesta tidak penting ini di rumahnya dan mengundang semua orang yang tidak Joey ketahui identitasnya. Namun yang membuat gadis mungil itu sangat bahagia adalah kehadiran kakaknya yang sudah hampir dua tahun tidak pulang karena menempuh pendidikan S2 nya di Kanada.

Joey mengitari halaman rumahnya, melewati segerombolan orang yang tengah menikmati pesta untuk mencari sosok kakaknya. Dan ketemu...

Malik kini sedang berbincang dengan teman-temannya yang tak lain adalah Hendra, Rendy, dan lelaki itu. Jangan paksa Joey untuk menyebut namanya, karena hanya dengan menyebutkan nama lelaki itu membuat Joey muak.

”Dek, sini!” Malik melambaikan tangannya saat menemukan sosok Joey tengah berdiri menatapnya.

Joey menurut, meskipun hatinya mulai was-was karena Nagara ada disana, sedang menatapnya dengan sorot mata yang membunuh.

”Waahhh adek gue makin hari makin cantik kagak? Padahal dulu nih anak doyan banget ngompol dicelana.” Ujar Malik yang langsung dibalas pukulan keras oleh sang adik.

Hendra dan Rendy tergelak mendengarnya. Nagara... lelaki itu hanya tersenyum tipis. Seakan senyuman itu sangat mahal untuk ditunjukkan ke semua orang yang ada disana.

”Lu juga bukannya dulu suka banget berak di celana?” Hendra mulai membuka candaan. Yang dibalas cekikikan dari Malik, Joey, dan Rendy.

Nagara hanya mengamati candaan mereka. Ia sadar, Joey menjaga jarak dengannya. Gadisnya terus berpegangan pada lengan Malik. Terlihat seperti sedang mencari perlindungan. Begitu juga dengan Malik yang merangkul pundak Joey yang terbuka. Menyentuh langsung kulit mulus Joey. Hal itu membuat rahang Nagara mengeras.

’Jangan bercanda Nagara. Kamu cemburu dengan Malik, karena dia menyentuh tubuh gadismu? Heii... Malik itu kakak kandung istrimu.’ Bisik malaikat kecil di telinga kanannya.

”Tapi Malik juga cowok!’ tegas iblis yang juga berbisik di telinga kiri Nagara. Membuat si malaikat terdiam dan melebarkan matanya. Nagara lalu mengeratkan cengkeraman tangannya pada gelas yang digenggamnya.

Joey sesekali melirik Nagara yang sedang menghabiskan segelas wine di gelasnya dengan sekali teguk. ’Dasar pecandu alkohol.’ Batinnya.

Seketika memori kejadian pertemuan terakhir mereka berputar diotaknya. Dimana saat itu Nagara dipeluk oleh seorang wanita. Meskipun lelaki itu tidak membalas pelukan Freya, tapi tetap saja Joey marah. Kenapa Nagara bisa diam saja dan tidak menolak skinship yang diberikan oleh wanita itu? Apakah mereka selalu melakukan skinship tanpa sepengetahuan Joey?

Tidak ada permintaan maaf dan tanda-tanda penyesalan, membuat Joey semakin membenci Nagara. Persetan dengan omongan Hendra yang mengatakan bahwa lelaki itu hanya mementingkan ego. Joey tidak butuh apapun, yang gadis itu butuhkan hanyalah permintaan maaf dari seorang Abimanyu Surya Nagara.

Namun sepertinya, Joey harus menunggu matahari terbit dari barat dulu baru bisa melihat Nagara memohon maaf kepadanya.

Karena tidak nyaman dengan lingkungan pertemanan sang kakak, Joey mulai beranjak dari tempatnya, menyusul kedua orang tuanya yang berada di ujung sana.

”Ma, aku ke dalam aja ya. Kepala ku tiba-tiba pusing.” Ungkap Joey yang merasa kepalanya mulai berat.

”Yaudah kamu ke dalam aja ya sayang. Minum obat abis itu istirahat.”

Joey menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju kamarnya. Saat memasuki ruangan tersebut, membuat Joey bernostalgia masa-masa sekolahnya. Beberapa foto bersama teman-teman SMA nya yang dibingkai bagus terpajang disekeliling kamarnya.

Gadis itu mulai membuka resleting dressnya karena ingin melepaskan dress ketat itu dan berganti ke baju tidurnya. Namun saat ia berbalik, Joey mendapati sosok lelaki yang sedari tadi mengganggu pikirannya.

Nagara, suaminya itu sedang tertidur di atas kasurnya dengan mata yang terpejam. Jantung Joey seketika berdetak 100x lebih cepat dari biasanya. Dan sekarang 1000x lebih cepat saat Nagara tiba-tiba membuka matanya dan membalas tatapan Joey.

”Saya bosan, jadi saya tidur disini.” Ujarnya lalu bangun dan terduduk disamping kasur miliki Joey.

”S... sejak kapan?” Tanya Joey dengan sedikit terbata-bata. Gadis itu nampak panik, apakah Nagara sempat melihat dirinya membuka resleting dressnya tadi?

”Sini!” Pinta Nagara dengan suara lembut. Namun bukannya maju, Joey malah melangkah mundur. Membuat lelaki itu mengerutkan dahinya ”Sini Joey.”

”Nggak mau.” Tolak Joey sambil menatap Nagara sedikit takut.

“Kamu kenapa?” Tanya Nagara. Dengan nada seperti biasa. Dingin, lembut tapi ketus. “Kamu masih marah?”

Joey menggeleng pelan. Gadis itu gugup, Nagara tahu itu. kemudian lelaki itu menarik istrinya dan memaksa Joey untuk duduk di tepi kasur. Sedangkan Nagara masih berdiri tegak berhadapan dengan Joey. memasukkan tangannya kedalam saku celananya.

”Kamu marah sama saya?”

’Ya menurut lo?!’ Batin Joey

”Nggak.” Jawab Joey pelan.

”Joanne!” Tegas Nagara. Ia ingin gadis yang ada didepannya ini berkata jujur padanya.

“Apa yang lo mau sih mas?” Setelah mengumpulkan keberaniannya, Joey menatap Nagara.

“Ayo pulang!”

“Pulang?” Joey mengernyit. “Ini rumah gue.”

“Pulang, Joey.” Nagara menahan geramannya. “Ke rumah kita.”

“Kita?”

“Jangan melawan! Ayo!” Nagara tidak mau lagi mendengar Protes dari mulut Joey.

Nagara menggandeng Joey dengan kuat. Sedikit menyeretnya untuk menuruni tangga. Joey mengikuti langkah Nagara dengan terseok. Rasa enggan, was–was dan takut bercampur menjadi satu.

Sesampainya di halaman rumah, Nagara melepaskan cengkeraman tangannya pada lengan Joey. Namun dengan cepat tangannya berpindah memeluk posesif pinggang Joey, seolah ingin menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa gadis yang ada disampingnya ini adalah miliknya.

Kedua orang tua Joey, Malik, Hendra, serta Rendy pun hanya bisa menatap kedua sejoli itu dengan tatapan heran.

“Loh na, lo masih disini?” Tanya Malik yang menyadari Nagara dan Joey berjalan mendekat.

“Ayah maaf. Mulai malam ini, saya akan membawa Joey untuk tinggal bersama dengan saya lagi.”

Mengabaikan Malik, Hendra, dan Rendy. Nagara langsung berkata to the point pada kedua mertuanya. Khas Abimanyu Surya Nagara sekali.

“Tapi…” Joey hendak memotong.

Nagara langsung mengeratkan tangannya pada pinggul Joey. membuat gadis itu merasa sangat terintimidasi dan pasrah.

“Ohhhhh.. Ya sudah kalau kalian sudah memutuskan. Ayah percaya kamu akan menjaga Joey dengan baik, Nagara.” Jawab ayah Joey—sedikit ragu sebenarnya.

”Baik ayah. Kalau begitu kami pamit.”


Sesampainya di apartemen Nagara, Joey langsung di bawa ke kamarnya. Tidak ada percakapan diantara mereka sedari tadi. Joey masih menimbang kalimat yang pantas untuk ia ucapkan, mengingat Nagara dalam mood yang kurang bagus. Ia takut Nagara akan mengamuk.

“Lo mau marah sama gue?” Joey memberanikan diri untuk bertanya.

“Saya nggak bilang gitu.”

“Kenapa?”

“Apa?”

“Kenapa bawa gue kesini lagi?”

”Karena kamu istri saya Joey.” Nagara melepas jasnya. Menyisakan kemeja hitam di badannya.

“Tidurlah! Masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan.” Pungkas Nagara lalu keluar dari kamarnya.

Di Ruang kerjanya, Nagara duduk dengan frustasi. Meremas rambutnya. Sesekali mendesah berat. Ya Tuhan, dia pasti gila sekarang. Joey terlalu banyak mempengaruhinya. Nagara bahkan bertindak sejauh ini demi menjauhkan Joey dari segala macam lelaki hidung belang disana.

Yaa, Nagara membawa Joey kembali karena ia tidak ingin gadis itu berada dalam satu rumah yang sama dengan Malik. Astaga! Silahkan kalian tertawa dan mencibir Nagara sepuasnya. Cemburumu sangat kekanakan, na!

—jaemtigabelas

bagian delapan; nagara dan sang nenek.

Pagi ini, Nagara sedang meminum kopi hangat di balkon rumahnya. Ditemani udara pagi serta kicauan burung yang berirama di gendang telinganya. Tujuan Nagara pulang ke rumah adalah karena dipanggil oleh neneknya yang baru saja pulang dari Hongkong semalam.

”Kamu sekarang makin ganteng aja ya na. Oma sampai pangling lihat kamu.” Ujar wanita paruh baya yang selalu Nagara panggil dengan sebutan oma.

Mendengar dirinya dipuji oleh sang nenek, Nagara hanya tersenyum tipis. Matanya kemudian menatap sekeliling bangunan abu-abu itu. Sudah hampir lima tahun Nagara pergi meninggalkan rumah ini untuk hidup mandiri.

Banyak perubahan. Rumah yang dulu penuh dengan beberapa jenis tanaman dan bunga tulip yang ditanam oleh sang bunda, kini rumah itu berubah menjadi kosong semenjak bunda Nagara pergi untuk selamanya karena penyakit kanker otak yang dideritanya. Kadang Nagara merindukan momen itu, dimana dirinya senang menemani sang bunda menanam bunga, apalagi merindukan omelan beliau saat Nagara tidak sengaja menjatuhkan vas bunga favoritnya. Ahhh Nagara sangat merindukan sosok bundanya.

”Gimana kabar Freya na? Kamu masih berhubungan baik kan sama dia?”

Nagara kembali menatap omanya saat beliau kembali bersuara.

”Freya baik oma.” Jawab Nagara singkat dan kembali menyeruput kopi hitamnya.

”Oma dari dulu pengen banget kamu menikah sama Freya, abis itu bisa kasih oma cicit-cicit yang lucu.” Ungkap sang nenek yang membuat Nagara sedikit tidak nyaman.

Sebenarnya tadi Nagara ingin menolak untuk datang kesini, karena pasti neneknya akan membahas Freya saat mengobrol berdua dengannya, tanpa mempedulikan bahwa status Nagara kini sudah menjadi kepala keluarga. Namun karena rindu, Nagara memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

”Oma, aku udah mempunyai istri.” Ucap lelaki berkemeja putih itu dengan pelan namun penuh penekanan.

Mendengar itu, sang nenek mendecih kemudian menarik syal merahnya yang jatuh dari bahunya. ”Kamu masih peduli sama istri kamu?”

”Akan selalu peduli oma, karena dia istriku.” Jawab Nagara langsung.

”Oma dari dulu nggak suka sama dia, nana.” Ungkap sang nenek dengan memanggil Nagara dengan nama panggilan khasnya saat di rumah.

Nagara sedikit menunduk, memandangi gelas berisi kopi hitam miliknya yang masih mengepulkan asap panas. Panas seperti hatinya saat ini.

”Oma nggak suka sama Joey bukan karena sifatnya kan? Tapi emang dari awal Freya yang oma targetkan untuk menjadi istriku.”

Sorot mata Nagara berubah menjadi tajam. ”Jadi oma membenci Joey, hanya karena obsesi oma pada Freya yang tidak bisa terwujudkan sampai kapanpun.”

Neneknya tidak berkutik. Dari dulu memang sang nenek sangat menyukai Freya. Gadis dengan paras yang cantik, sopan, dan berpendidikan tinggi, membuat sang nenek terobsesi untuk menjadikan Freya sebagai ibu dari cicit-cicitnya nanti. Namun saat Nagara memilih untuk menikah dengan gadis lain, neneknya sangat murka karena tidak sesuai dengan ekspektasinya.

”Oma cuma mau kamu hidup dengan baik nana. Hanya Freya yang mampu membuat hidup kamu menjadi lebih baik.”

”Oma...” Nagara kembali menatap sang nenek dengan alis yang menyatu. ”Ini semua keinginan aku. Dulu waktu perusahaan papa hampir bangkrut, oma nyuruh aku buat nyelametin perusahaan papa dari kebangkrutan dengan janji bakal menuruti semua keiinginan aku.”

”Dan menikah dengan Joey adalah keinginan aku dari dulu. Aku turutin semua kemauan oma. Menikahi Joey secara diam-diam, ok aku turutin. Merahasiakan status pernikahan ku sama Joey, aku masih turutin. Asal aku bisa hidup bersama gadis yang aku cintai. Tapi kenapa oma masih bersih keras menjodohkan aku sama Freya?”

Obsidian Nagara sedikit berair. Hatinya sangatlah emosional setiap kali sang nenek tidak pernah menganggap Joey ada dikehidupannya.

Jadi alasan mengapa Nagara dan Joey tidak mempublish pernikahan mereka ke semua orang adalah karena tuntutan sang nenek. Neneknya yang masih mengharapkan sosok Freya untuk menjadi pendamping cucunya itu terpaksa menuruti keinginan Nagara, karena Nagara sudah menyelamatkan perusahaan papanya yang hampir bangkrut saat itu.

Nagara lalu beranjak dari duduknya. Suasana adem untuk menyambut kepulangan sang nenek, kini menjadi berantakan. Hatinya sudah terlanjur dalam mood tidak baik sekarang.

”Sampai kapanpun... cuma Joey satu-satunya ratu di rumah aku, oma. Bukan Freya ataupun gadis lain. Aku pamit.”

—jaemtigabelas

bagian tujuh; terbang lalu jatuh.

Setelah melewati mimpi yang cukup panjang, Joey mulai mengerjapkan mata. Matanya terbuka sempurna saat sesuatu yang ia cari sudah tidak berada di sampingnya.

”Udah bangun?” Suara berat tersebut membuat gadis yang nyawanya masih belum terkumpul itu terpaksa menegakkan tubuhnya.

Mendapati Nagara yang sibuk mengutak-atik beberapa berkas dan laptop di meja kerjanya yang terletak tidak jauh dari tempat tidur. Meja kerja yang sengaja dihadapkan ke arah jendela yang sangat lebar, hampir memenuhi ruangan putih itu. Sehingga kini Nagara bisa melihat secara jelas rembulan yang sedang memancarkan cahayanya ke bumi.

”Jam berapa sekarang?” Tanya Joey sambil menguap dan mengucek mata kanannya.

Nagara lalu melirik jam berbentuk kotak yang berada di samping kanannya. ”Jam tujuh.”

Netra Joey seketika membulat saat mengetahui sekarang pukul tujuh malam. Kalau dirinya berangkat dari rumah pukul sembilan pagi, itu berarti Joey sudah menghabiskan sepuluh jam untuk tidur di tempat orang.

Tapi ini apartemen suami mu Joey kalau kamu lupa.

”Ck saya kira kamu mati. Bisa-bisanya seorang gadis menghabiskan waktu 10 jam cuma buat tidur di kasur orang.”

Joey mendengus kesal. ”Lo udah sembuh? Kalo masih sakit nggak usah sok-sok an ngajak berantem deh.”

Nagara merapihkan tumpukan kertas yang hampir memenuhi meja kerjanya lalu menutup laptop. Rambutnya yang sedikit basah dan aroma tubuh sabun menandakan bahwa lelaki itu baru selesai mandi.

”Mending sekarang kamu mandi.” Perintah Nagara sambil berjalan menghampiri Joey.

”Nggak mau. Gue mandi di kosan aja.”

Terlihat raut muka kesal di wajah Nagara.

”Lo udah makan?”

”Belum.”

”Yaudah gue bikinin bubur kalo gitu.”

Joey beranjak dari kasur dan berjalan menghampiri Nagara yang tengah menatapnya.

”Serius udah sembuh?” Tangan Joey terangkat untuk menyentuh dahi sang suami.

Akan tetapi, Joey seketika tertegun saat itu juga. Posisi ini, membuatnya merasa deja vu. Mengingatkan Joey saat pertama kali mencium Nagara di kantor waktu itu. Persis seperti ini.

Dan entah kenapa rasanya Joey ingin melakukannya lagi. Ia menatap bibir pucat yang ada pas di matanya itu. Bibir yang pernah ia jamah dan membuatnya nagih. Apakah ia salah jika mengulang kejadian itu lagi? Lalu apa artinya pernikahan mereka kalau soal mencium saja harus merasakan canggung terlebih dahulu.

Ok, mungkin saat ini Joey akan menuruti suara hatinya. Gadis pendek itu mulai menangkup rahang Nagara lalu mengecup bibir tipis itu. Hanya mengecup secara singkat, tidak lebih.

”Ini buat lo. Semoga cepet sembuh.” Ungkap Joey dengan nada yang sedikit gugup.

Gadis itu berbalik. Namun Nagara menginginkan hal lain. Lelaki jangkung itu menarik tangan Joey dan merengkuh tubuh gadis mungil itu ke dalam pelukannya lalu mencium bibir ranum Joey. Keduanya saling memejamkan mata. Menikmati kecupan demi kecupan yang diciptakan oleh kedua insan tersebut. Sesekali melumat secara kuat, dan sesekali Nagara menggigit bibir bawah Joey agar lebih leluasa mencumbu bibir manis sang istri.

Joey kemudian memeluk leher Nagara lalu menjambak sedikit surai hitam milik suaminya itu.

Rasa cherry dari lipbalm Joey membuat Nagara semakin ingin berbuat lebih. Lelaki itu membawa tubuh Joey untuk bersandar pada dinding kamar. Ciuman yang awalnya teratur kini menjadi ciuman yang menuntut. Tangan Nagara tidak tinggal diam. Ia mulai meraba tubuh Joey dengan perlahan. Mulai dari pinggul, perut dan berakhir di buah dada gadis itu.

Oh, apakah mereka akan melakukannya malam ini?

Ting... tong...

Mungkin tidak. Suara bel apartemen membuat Nagara dan Joey terpaksa menghentikan aktivitas ciuman panas mereka. Keduanya terdiam, masih sibuk memasok udara yang sempat terkikis akibat ciuman itu.

Setelah merasa bisa bernapas seperti semula, Nagara mulai menjauh dari Joey dan melangkah keluar untuk membuka pintu.

Joey sempat merutuki orang yang sudah mengganggu kegiatannya. Mungkin kalau tidak ada orang yang memencet bel, Joey akan berakhir telanjang di atas tempat tidur Nagara besok pagi.

Merasa penasaran dengan siapa yang datang ke apartemen suaminya di malam seperti ini, Joey melangkah menyusul Nagara.

Langkahannya terhenti seiring detak jantungnya yang mulai hilang. Mata Joey seketika panas saat mendapati seorang wanita yang ia yakini adalah Freya tengah memeluk erat daksa suaminya. Apa yang mereka lakukan? Bisa-bisanya Nagara hanya diam saat dipeluk oleh wanita asing?

Dengan amarah yang memuncak, Joey berjalan melewati dua pasangan yang tengah berpelukan itu dan berniat untuk pergi dari sana. Namun Nagara segera menahan tangan Joey.

”Mau kemana?”

”Pulang.” Cuek Joey.

Merasa ada atmosfir yang tidak bersahabat, Nagara melepaskan pelukan Freya dan menatap gadis itu.

”Frey, kamu masuk ke dalam dulu. Kita lanjut nanti.”

Freya menurut. Ia masuk ke dalam seakan apartemen tersebut adalah miliknya.

Sepeninggalan Freya, Nagara kembali menatap Joey yang sudah diselimuti oleh rasa kecewa.

”Jangan pulang sendiri. Biar saya telpon Hendra dulu.”

Joey sedikit mendecih tidak menyangka. Apakah ia tidak salah dengar?

Nagara, kalau kamu memang memiliki hati nurani... setidaknya antar istrimu pulang terlebih dahulu, bukan malah menyuruh lelaki lain untuk mengantarkan gadismu pulang.

Hanya berselang lima menit, Hendra muncul di antara mereka. Dengan celana boxernya berwarna biru gelap, memakai hoodie big size, serta wajah bare facenya.

”Kenapa?”

”Antar dia pulang!” Pinta Nagara tanpa menatap ataupun melirik gadis yang tangannya masih ia genggam.

Hati Joey sudah terlanjur sakit. Gadis itu menepis tautan tangan Nagara lalu menatap lelaki berhati binatang itu.

PLAAAKKKK... Tamparan keras mengenai pipi kanan Nagara.

Sakit? Sakit Nagara? Tapi rasa sakit di pipimu tidak sebanding dengan rasa sakit yang ada di hati Joey saat ini. Sangat sakit, sampai gadis itu tidak bisa mendefinisikan rasa sakit itu.

”Lo emang cowok paling brengsek yang pernah ada Nagara!” Ungkap Joey dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

”Ayok pulang.” Pinta Joey pada Hendra, sebelum akhirnya gadis itu benar-benar menghilang dari pandangan lelaki yang membuat hatinya patah untuk kesekian kalinya.

—jaemtigabelas

bagian enam; tidur bersama.

Joey berjalan gontai menyusuri gedung apartemen mewah itu. Apartemen yang harganya hampir sama seperti menjual empat ginjal per bulannya. Joey sebenarnya nyaman tinggal disini. Dilengkapi beberapa fasilitas yang mewah, membuat gadis berdarah bandung itu ingin tinggal disini dengan waktu yang sangat lama. Apalagi ada sebuah taman disetiap ruang apartemen yang ada. Joey yang hobinya suka menanam bunga pun tergiyur untuk membeli apartemen sendiri disini.

Namun semua bayangan indah tersebut buyar seketika. Memori tentang malam itu, dimana dirinya menangkap dengan jelas seorang wanita keluar dari apartemen suaminya sambil membenarkan beberapa kancing bajunya. Ok, hati Joey langsung berdenyut sakit setiap mengingat kejadian itu. Kejadian yang tidak pernah ia lupa sampai kapan pun. Ini lah yang membua Joey yang awalnya mengagumi Nagara berubah menjadi sangat benci.

Nagara itu terlalu sempurna dimata semua gadis diluar sana, termasuk Joey sendiri. Wajah yang dingin namun tetap berwibawa, tubuhnya yang kekar dengan otot yang sempurna di bagian perut dan tangannya. Tidak kaget kalau banyak gadis single yang tergoda untuk memiliki lelaki itu seutuhnya. Tapi nyatanya, justru Joey lah yang memenangkan tempat itu. Tempat pertama yang pernah disebutkan Nagara sebelumnya. Menyingkirkan beberapa gadis yang mengejar Nagara dengan mati-matian, terkecuali Freya.

Ting... tong... Setelah sampai di depan apartemen Nagara, Joey langsung memencet bel. Joey bisa saja langsung masuk ke dalam karena dia tahu password pintu apartemen Nagara. Akan tetapi gadis itu nampaknya ingin mengecek apakah suaminya itu benar-benar sakit? Atau hanya beralasan agar dirinya datang ke apartemen dengan sukarela?

”Siapa?” Suara berat dan serak terdengar dari dalam.

”Ini gue.”

”Passwordnya?”

Joey memutar matanya sejenak. Selalu seperti ini. Sungguh menggelikan ketika harus mengucapkan beberapa kata seperti ini...

”Gue Joanne Josephine, istri dari Abimanyu Surya Nagara mau masuk.”

Joey bisa tebak kalau Nagara sedang tertawa geli di dalam sana.

Lima detik setelahnya pintu itu terbuka. Menampakkan Nagara dengan kaos oblong berwarna putih dan celana training hitam bertuliskan adidas disana, rambut yang sedikit berantakan dan kelopak mata yang sayu. Menandakan bahwa apa yang dikata Hendra di dm ig nya adalah benar.

Nagara sejenak menatap sang istri dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sedikit heran dengan penampilan Joey yang terlihat sangat tidak niat untuk datang. Bagaimana tidak, gadis itu hanya memakai kaos bergambar sepongeboob dengan cardigan hitam yang menutupi, celana tidur berwarna abu-abu, memakai sandal jepit, dan kunciran rambur yang terlihat asal-asalan.

Baru saja Joey ingin mendumel soal Nagara yang menyuruhnya untuk menyebutkan password haram itu, lelaki pemilik apartemen itu langsung menarik tangan Joey dan membawanya menuju kamar pribadi. Melewati ruang tamu yang didominasikan warna hitam, ruang perpustakaan yang seringkali Joey datangi disaat dirinya gabut, dan berakhir disini. Di kamar pribadi Nagara yang didominasikan wangi bunga lavender, wangi kesukaan istrinya.

Tanpa berbasa-basi lagi, Nagara membawa tubuh gadis mungil itu ke atas kasur, lalu lelaki itu mengambil posisi tepat disamping sang istri. Melihat itu, Joey yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa menatap Nagara dengan kesal.

”Saya lagi nggak mood berantem, jadi jangan mancing keributan. Saya mau istirahat, temani saya tidur!” Singkat lelaki yang sedari tadi tidak berniat untuk membuka matanya.

Joey masih terpaku disamping Nagara. Memandangi wajah tampan yang tengah berdamai dengan serpihan mimpinya. Detik selanjutnya terdengar dengkuran kecil yang selalu membuat Joey ingin memeluk daksa suaminya itu. Karena disaat seperti ini, tepatnya disaat Nagara sedang tertidur lelap, wajahnya yang menyebalkan itu langsung berubah seperti wajah bayi polos yang tengah tertidur pulas.

Tautan tangan mereka masih belum terlepas. Jadi bisa dibayangkan saat ini Joey dan Nagara sedang tidur di kasur yang sama dengan saling berpegangan tangan. Joey tidak mempersalahkan itu. Karena jujur dari lubuk hatinya paling dalam, gadis itu juga merindukan momen-momen seperti ini. Momen dimana dirinya dan Nagara tidak bertengkar satu sama lain. Entah itu karena pekerjaan atau karena wanita lain.

Joey mulai mengantuk dan mulai memejamkan kedua matanya. Menyusul suaminya ke alam mimpi yang sama.

—jaemtigabelas

Bagian lima; Kejadian di Kantor.

Joey berjalan cepat menyusuri gedung pecangkar langit itu. Mengabaikan beberapa orang yang sedang menyapanya. Persetan dengan semuanya, Joey tidak memiliki mood untuk menyapa ataupun tersenyum kepada semua orang.

”Eh Joey, abis dari mana? dari tadi gue cariin.” Tanya Karin yang melihat Joey baru saja sampai ke ruangannya.

Namun seakan kalimat Karin hanya angin lalu, Joey terus berjalan melewati Karin yang ada di hadapannya itu menuju ruangan berpintu hitam yang ada di dekatnya.

”Joey mau kemana lo?” Karin yang heran melihat kondisi kalut Joey segera menahan lengan sahabatnya.

Gadis berbaju cokelat itu menepis tangan Karin dan memaksa masuk ke dalam ruangan besar itu.

BRUAAGGHHH..

”Joey pak Nagara lagi ada tamu...” Karin menyusul Joey masuk ke dalam ruangan pribadi Nagara.

Terlihat Nagara yang tengah menjamu seorang tamu yang sepertinya tamu penting.

”Maaf pak atas ketidaknyamanannya...” Karin lalu memegang lengan Joey. ”Joey ayok keluar.” bisiknya

”Biarin aja.” Ujar Nagara tiba-tiba. ”Mohon maaf pak atas kejadian ini. Mungkin kita bisa mengatur jadwal di lain hari.”

Kedua tamu tersebut hanya mengangguk setuju dan segera keluar dari ruangan Nagara. Hanya menyisakan sang pemilik ruangan, Joey, dan Karin disana.

”Karin, kamu bisa keluar dari ruangan saya.” Pinta Nagara dengan nada yang melembut.

Dan Karin pun keluar dari ruangan Nagara. Kini hanya tersisa pria berjas rapih dan gadis dengan rambut yang sedikit berantakan.

Dengan jantung yang masih berpacu cepat, Joey berbalik dan menutup pintu dengan rapat. Seperti tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan tersebut, bahkan semut sekalipun.

Setelah memastikan pintu tersebut tertutup rapat, Joey kembali berjalan menghampiri Nagara. Tanpa berbasa-basi lagi, gadis itu menangkup rahang Nagara dan langsung mencium bibir tipis itu.

Tidak mempedulikan situasi dan tempat, Joey memberanikan diri untuk mencium suaminya itu di kantor. Garis bawahi, di kantor. Tempat dimana semua orang akan tahu tentang hubungan mereka selama ini.

Terlihat Nagara mulai menikmati ciuman mendadak itu. Matanya terpejam dan kepalanya ia miringkan agar Joey lebih leluasa menciumnya. Mengecap bibir rasa cherry itu dengan pelan namun menuntut. Tangannya tidak tinggal diam, Tangan kekar itu memeluk pinggang ramping Joey. Membawa tubuh gadis itu untuk bersandar ke meja kerjanya.

Disela ciuman itu, Joey menangis. Entah, Joey juga tidak tahu kenapa dirinya menangis. Ia terlanjur kalut saat ini, hanya karena kejadian tadi siang yang ditimbulkan oleh manusia bernama Jendra.

15 menit berlalu, dan ciuman itu berakhir. Joey langsung menundukkan kepalanya dengan napas yang tersenggal akibat ciuman tadi, begitupun juga Nagara. Lelaki itu berkali-kali membuang napasnya secara memburu.

”Kenapa? Apa yang membuat gadis muda ini tiba-tiba datang hampir merusak pintu, mengusir tamu penting, dan hampir memperkosa pimpinannya sendiri?”

Tidak ada jawaban, Joey terlalu malu untuk menjawab pertanyaan konyol itu. Ia hanya mendorong bahu Nagara, menyuruh lelaki itu untuk menghilang dari pandangannya dan berjalan menuju kursi tamu yang ada di ruangan tersebut.

”Masih nggak mau bicara?” Nagara menyusul dan kini duduk berhadapan dengan sang istri.

Joey masih membisu. Tidak mungkin ia jujur pada sang suami kalau ia hampir saja berciuman dengan cowok lain dan hampir merenggut ciuman pertamanya. Maka dari itu, Joey bergegas mencari Nagara dan mencium lelaki tersebut tanpa permisi, supaya dia lah yang menjadi ciuman pertamanya.

Tangan Nagara terangkat untuk mengusap bibir merah itu dengan lembut, berbanding terbalik dengan sorot matanya yang sangat tajam.

”Padahal kamu punya mulut. Apa mulut kamu udah nggak berfungsi lagi Joey?”

Joey yang kesal langsung menepis tangan Nagara yang menempel di bibirnya. Tidak tahu saja kalau dirinya saat ini sedang menahan malu karena tidak ada angin dan hujan tiba-tiba mencium bibir atasannya sendiri.

Sungguh sekretaris yang tidak memiliki sopan santun sama sekali.

”Hmmmm anu pak permisi, ada tamu.” Karin yang tidak tahu apa yang sedang terjadi, kini berdiri di ambang pintu.

”Suruh datang besok, saya lagi nggak mau menerima tamu.”

”Tapi pak, ini ibu Freya yang ingin bertemu dengan bapak.” Ucap Karin sedikit berhati-hati.

Nagara diam dan nampak berpikir. ”Yaudah suruh dia tunggu di ruang meeting, saya akan menemuinya.”

Karin pun menurut.

Joey memutar bola matanya. Kenapa wanita itu harus datang disaat seperti ini? Disaat dirinya ingin mengobrol banyak dengan Nagara. Kenapa wanita itu selalu merenggut waktu suaminya itu yang seharusnya menjadi miliknya?

Oh ayolah Joey, apa kamu sedang cemburu sekarang?

”Saya udah suruh Hendra bikin teh hangat buat kamu. Kamu tunggu disini sampai hati kamu kembali tenang.”

”Nggak usah, gue bisa sendiri.” Pungkas Joey dan langsung meninggalkan ruangan Nagara dengan perasaan yang berkecamuk saat ini.

—jaemtigabelas

Bagian empat; tempat pertama.

Kalimat Nagara tentang membeli mobil baru bukanlah candaan belaka. Nyatanya, kini lelaki berkemeja putih itu memarkirkan mobilnya di depan perusahaan mobil. Oh ayolah, Joey hanya ingin menuruti kata hatinya saja. Tapi mengapa suaminya yang keras kepala itu malah bertindak sejauh ini.

Apakah ini definisi dari ’orang kaya mah bebas’ yang sebenarnya?

”Keluar.” Pinta Nagara pada Joey. Gadis yang sedari tadi cemberut itupun hanya menurut.

”Cepat pilih salah satu. Kita udah hampir telat buat meeting pagi.” Nagara sedikit mendumel sambil memeriksa jam tangan hanya untuk mengecek sudah berapa jam yang mereka habiskan untuk berdebat tadi.

”Kalau pun gue pilih itu, prosesnya juga lama kali pak.” Jawab Joey sambil menunjuk malas mobil berwarna putih yang ada diseberangnya.

”Halo pak ada yang bisa saya bantu?” Tanya lelaki yang diyakini sebagai dealer mobil yang ada disana.

”Saya mau ambil mobil ini.” Ujar Nagara tanpa berpikir panjang. ”Untuk urusan surat-suratnya, biar orang saya yang mengurusnya.”

”Baik pak kalau begitu, akan saya urus beberapa surat terlebih dahulu.” Jawab dealer mobil itu dengan ramah.

Nagara kemudian mengambil ponsel yang ada di saku celananya dan menelpon seseorang. ”Halo, hen.... lo bisa kesini nggak?

’Hendra lagi Hendra lagi.’ Batin Joey.

”Hmm... gue sherlock aja lokasinya, gue tunggu sepuluh menit dari sekarang.” Pungkas Nagara dan langsung menutup telponnya.

”Sama aja nggak sih, nungguin Hendra berangkat dari rumahnya ke sini juga butuh waktu yang lama.” Joey mulai heran dengan tingkah laku Nagara yang membuatnya pusing tujuh keliling. Kalau begini caranya bukannya sama saja mereka membuang-buang waktu?

”Nggak, Hendra cepet kok kesininya.”

Joey melipat tangannya di depan dada, ”Btw... Hendra lo pekerjakan sebagai apa sih sebenarnya?”

”Hendra saya tugaskan buat mata-matain kamu.” Nagara memasukkan ponselnya kembali lalu menatap lekat gadis yang ada didepannya.

Joey yang mendengar itu lalu menunjuk dirinya sendiri sambil membulatkan mata. ”Apaan, gue sama dia aja baru kenal kemarin.”

”Kamu emang baru kenal Hendra kemarin, tapi dia kenal kamu udah lama, Joey.”

”Kenal dari mana?” Joey mengernyitkan dahinya.

Nagara tersenyum tipis, senyuman yang sangat langka bagi Joey. Hanya di momen-momen tertentu, Joey bisa melihat senyuman itu. ”Kamu lupa kalau kakak kamu itu bersahabat baik sama kita bertiga?”

Joey mengangguk pelan. Kita bertiga yang dimaksud Nagara adalah dia, Rendy, dan Hendra. Joey hampir melupakan fakta tersebut, tentang sang kakak yang dulunya pernah satu sekolah dengan tiga kurcaci itu.

”Tentang ciuman itu... kamu melihatnya langsung?”

”Iya.” Jawab Joey dengan nada tak acuhnya.

”Dan alasan kamu pergi dari apartemen saya karena wanita itu?” Nagara memasukkan tangannya ke saku celananya.

Ah sial, kenapa harus membahas masalah ini sekarang?

”50%” Jawab Joey tanpa menatap Nagara.

”Selebihnya?”

”Gue mau bebas mas Nagara.” Kini Joey menatap wajah Nagara yang semakin kesini semakin terlihat tampan dan sexy dengan balutan kemeja seperti ini.

”Tuh dasi bisa dirapihin nggak sih? Emang lo mau ke kantor dengan penampilan kayak abis nidurin cewek?”

Nagara melirik dasinya yang masih terbentang luas mengitari kerah kemejanya, lalu kembali menatap Joey, ”Saya kan udah bilang, kalau saya nggak bisa pakai baju selama bukan kamu yang menyiapkan. Ya udah hasilnya kayak gini kan?”

Joey mendengus kesal lalu berjalan menghampiri lelaki yang sudah menjadi suaminya selama dua tahun belakangan ini.

”Manja banget jadi orang.” Gumam Joey yang membuat Nagara kembali menyunggingkan sebuah senyuman khasnya. Senyuman yang bisa membuat para gadis takluk dengan hanya melihat senyuman itu.

Disaat Joey sedang fokus menautkan dasi Nagara, gadis itu tidak menyadari bahwa Nagara tengah menatapnya dengan begitu lekat dan penuh arti yang mendalam. Tatapan yang hanya Nagara dan Tuhan yang tahu artinya tentang apa.

Tentang kalimat Nagara yang memuji Joey cantik memang lah benar, gadis itu sangatlah cantik di mata Nagara, melebihi bidadari yang jatuh dari surga sekalipun. Terdengar berlebihan, namun memang begitu kenyataanya.

”Joey.” Panggil Nagara kemudian.

”Hmmm?” Gumam Joey yang masih fokus pada dasi atasannya itu.

Nagara tiba-tiba mengangkat dagu Joey, menyuruh gadis itu untuk menatapnya. Jantung Joey mulai berpacu cepat, karena saat ini posisi wajahnya sangat dekat dengan wajah Nagara. Membuatnya terpaksa menahan napas karena gugup.

”Kalau saya nyuruh kamu jangan cemburu gimana?”

Dengan susah payah Joey menelan salivanya kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali dan menundukkan kepalanya.

”Apaan sih? Siapa yang cemburu?”

Nagara tiba-tiba menarik pinggang Joey tanpa permisi. Dan alhasil, tubuh mereka berdua sudah saling menempel satu sama lain. Membuat Joey terjengat kaget karena ulah dari lelaki jangkung itu.

”Hidup saya sudah saya hak paten kan buat kamu Joanne, hanya kamu, begitupun juga hati saya. Jadi jangan pernah cemburu lagi. Karena wanita itu tidak ada apa-apanya dibanding kamu yang sudah menempati tempat pertama di hati saya.”

—jaemtigabelas

Bagian tiga; Perseteruan di Pagi Hari.

Setelah selesai sarapan—walau dengan mood yang buruk— dan berdandan cantik, Joey kemudian mengambil tas kerjanya yang berwarna ungu lavender itu—warna kesukaannya— lalu segera berangkat ke kantor.

Awalnya Joey sangat ingin meliburkan diri hari ini. Pasalnya, ia tidak bisa berangkat kerja dalam keadaan mata sembab seperti ini, semalaman menangisi lelaki tidak punya hati itu sampai tidak bisa tidur. Toh bekerja atau tidak, Joey masih tetap diberikan uang oleh Nagara. The power of istri seorang bos.

Joey menggelengkan kepalanya sejenak. Tidak, ia tidak boleh terlihat lemah di depan Nagara. Seolah dirinya sangat rapuh dan tidak bisa hidup tanpa lelaki bajingan itu. Tidak, Joey bukan gadis selemah itu. Meskipun hatinya berkata lain, namun dirinya harus bisa terlihat kuat.

Joey, ini bukan kali pertama Nagara menyakitimu. Bahkan kamu pernah mergokin dia tidur bersama wanita lain bukan?

”Lama banget keluarnya.”

”EH KAGET ANYING.” Joey terjengat kaget saat mendengar suara yang tidak asing ditelinganya.

Nagara... lelaki itu sudah berada di depan kosan Joey. Berdiri disamping mobilnya yang terparkir di depan pagar, dan menyandarkan punggungnya di pintu mobil. Dengan hanya memakai kemeja putih tanpa jas, dua kancing atas terbuka sedikit serta dasi yang masih belum terikat di lehernya. Ah sial, kenapa hari ini Nagara terlihat sangat... sexy.

”L... lo ngapain ke sini?” Joey langsung mengalihkan pandangannya ke sekitar. Sebisa mungkin ia tidak beradu tatap dengan Nagara. Bisa-bisa jantungnya akan terbang dari tempatnya kalau masih tetap menatap Lelaki itu.

”Mau jemput kamu.” Jawab Nagara dengan suara yang agak berat, seperti baru bangun tidur.

”Ngapain? Kan gue nggak nyuruh lo buat jemput gue mas.”

”Saya tahu kamu mencoba menjauhi saya hari ini. Makanya saya jemput kamu biar bisa berangkat kerja bareng, Joey.”

Sorot mata Nagara masih terlihat tenang. Seperti tidak ada beban dan kesalahan yang harus ia pertanggung jawabkan saat ini. Apakah Nagara tidak tahu bahwa ia baru saja mematahkan hati seseorang?

”Kenapa diem? Apa perlu saya bukain pintu buat kamu?” Nagara mulai kesal saat melihat Joey tidak berkutik sama sekali.

Karena tidak memiliki pilihan lain, Joey masuk ke dalam mobil hitam itu. Namun yang membuat Nagara mendengus kesal adalah, bukannya duduk di kursi depan, Joey malah duduk di kursi belakang mobil. Lelaki jangkung itu lalu membuka paksa pintu belakang dan menundukkan kepalanya sedikit, mensejajarkan kepalanya dengan kepala sang istri.

”Emang saya supir kamu?” Tanya Nagara dengan rahang yang mengeras.

Joey tahu kalau suaminya itu sedang kesal, namun ia tidak peduli. Ia tetap duduk disini sampai kapanpun.

”Pindah depan!” Imbuh Nagara.

”Nggak mau.”

”Joanne.”

Gadis dengan rambut berkuncir kuda itu pun kini memberanikan diri untuk menatap sang lawan bicara. Kalau Nagara sudah menyebutkan nama aslinya, itu berarti Nagara ingin berbicara serius.

”Gue nggak mau mas Nagara yang terhormat. Gue nggak mau duduk di tempat yang pernah cewek lo dudukin, apalagi tempat dimana lo ciuman sama dia.” Jelas Joey dengan sedikit penekanan pada kalimat terakhir.

Terbayang lagi memori malam itu, disaat Joey dengan jelas melihat suaminya tengah berciuman dengan wanita lain dengan mata kepalanya sendiri. SIAL.

Nagara hanya menyipitkan matanya kemudian, sebelum menutup kembali pintu dan berpindah ke kursi kemudi. Membiarkan Joey yang tengah duduk di kursi belakang lalu menjalankan mobilnya.

”Mas, kita mau kemana? Ini kan bukan jalan ke kantor.” Joey terheran.

”Mau beli mobil.”

”HAAAHHHH?” Joey menegakkan tubuhnya, ”Mas, nggak usah bercanda ah.”

”Emang raut muka saya keliatan bercanda, Joey?” Terlihat Nagara sedikit melirik Joey lewat kaca yang terletak ditengah-tengah mobil.

”Ngapain sih beli mobil segala?”

”Biar istri saya yang paling cantik ini mau duduk di samping saya.”

Joey diam, kalimat terkahir Nagara sukses membuat gadis mungil itu bungkam seketika.

—jaemtigabelas

Bagian dua; kesalahan terbesar.

Mobil brio kuning itu berhenti tepat di depan gang besar yang mengantarkan Joey ke arah kos-kosan yang sudah ia tempati selama hampir setengah tahun.

”Akhirnya udah sampai.” Ujar Hendra setelah selesai mengerem mobil kesayangannya.

Joey yang masih terlihat kesal karena Hendra tak kunjung menjawab pertanyaannya itu, segera mengambil tas kerjanya dan melepaskan sabuk pengaman.

”Makasih.” Singkat Joey kemudian turun dari mobil Hendra.

BRAAGGHHH... Joey sengaja membanting pintu mobil dengan keras, agar Hendra juga sama kesalnya dengan dirinya.

Mengabaikan rasa kesalnya, Joey mulai melangkah melewati gang yang masih ramai dengan anak kecil berlalu lalang. Joey sengaja memilih kos yang jauh dari apartemen Nagara, agar lelaki itu tidak bisa mengunjunginya setiap hari hanya untuk mengajaknya kembali ke kediaman mereka berdua.

Sampai saat ini, Joey sebenarnya masih marah dan kecewa dengan Nagara. Namun karena masalah pekerjaan, ia harus bersikap profesional dan berusaha sebisa mungkin tidak membawa masalah rumah tangganya ke pekerjaannya itu. Orang-orang hanya tahu bahwa Joey dan Nagara berhubungan baik layaknya seorang sekretaris dan atasan. Namun nyatanya, setiap kali melihat wajah tampan Nagara, Joey sangat ingin menampar pipi itu dengan keras dan berteriak bahwa dirinya sakit. Hatinya masih sakit, hatinya masih hancur karena perbuatan suaminya kala itu.

Langkahan Joey tiba-tiba terhenti. Bukan karena ia sudah sampai di depan kos, melainkan ia melihat mobil Nagara tengah terparkir tidak jauh dari tempatnya berada. Joey sangat yakin kalau itu adalah mobil suaminya. Namun, kenapa mobil itu berada disini?

Joey perlahan mendekat untuk memastikan. Akan tetapi, niatnya itu justru membuat hatinya semakin teriris-iris. Faktanya, di dalam mobil tersebut Nagara tidak sendiri. Lelaki yang tadi sempat mengajaknya untuk pulang bareng itu, kini sedang mencumbu mesra wanita lain. Wanita yang Joey lihat beberapa bulan yang lalu mampir ke apartemen Nagara pada malam hari. Dan itu adalah wanita yang sama.

Tangan Joey semakin meremat tas laptopnya dengan kuat. Ingin rasanya ia melempar tas laptopnya yang berat ini ke arah kaca mobil Nagara. ’Dasar cowok bajingan’ batinnya.

Detik selanjutnya, ada seseorang yang menarik tangannya secara tiba-tiba. Membawa tubuhnya berbalik ke dalam pelukan orang tersebut.

”Jangan dilihat kalau nggak mau hati lu sakit.” Suara berat Hendra membuat pertahanan Joey runtuh.

Tangisan Joey pecah seketika. Tangisan yang sudah gadis itu tampung selama berbulan-bulan, kini keluar begitu saja. Hatinya tidak sanggup untuk menahan air matanya lagi. Joey semakin terisak didalam pelukan Hendra seiring hatinya yang semakin perih.

Kenapa harus sekarang? Kenapa disaat Joey ingin kembali ke pelukan Nagara, lelaki itu justru menyakiti hatinya untuk kedua kalinya. Mungkin memang benar, menikah dengan Nagara adalah sebuah kesalahan terbesar dalam hidupnya.

—jaemtigabelas

Bagian satu; Night Drive with Hendra

Dikala hujan yang sedang menghujam malam, dua orang tengah terduduk manis di kursi mobil. Hendra yang sibuk menatap jalanan malam, sedangkan Joey yang masih syok dengan apa yang baru saja ia lihat.

“Neng, rumah lu dimana sih? Dari tadi gue ajak ngomong diem bae. Sehat situ?” Hendra yang masih memakai seragam ob berwarna biru itupun mulai mendumel tidak jelas ke arah Joey.

“Ini beneran mobil lo?”

Sekali lagi Hendra memutar bola matanya, “Iya ini mobil gue. Masa mobil kucing gue?

“Dapet dari mana? Nyolong ya lo jangan-jangan.”

“HEEEHHH SEMBARANGAN KALO NGOMONG.” Bentak Hendra sampai membuat Joey terjengat kaget.

Joey masih belum bisa meresapi apa yang ada dimatanya saat ini. Pasalnya, seorang ob yang kerjanya hanya membersihkan kantor dan membereskan barang-barang kantor yang berantakan, saat ini sedang mengendarai mobil honda brio berwarna kuning terang. Membuat mobil itu terlihat sangat jelas menerobos gelapnya jalanan malam.

Joey tidak bermaksud meremehkan, hanya saja ini sangat tidak masuk akal baginya. Bahkan, gadis bersurai panjang dan gelombang itu seumur hidup belum pernah mengendarai sebuah mobil. Pulang dan pergi selalu memakai ojek online, persis seperti Rendy—sang mantan. Joey merasa malu karena dirinya kalah dari seorang ob.

“Gue dapetin ini juga susah payah kali neng. Gue rela nabung sampai nggak makan nasi sebulan loh ini.” Jelas Hendra dengan nada yang sedikit memelas.

“Nabung apaan, orang gaji lo aja 20 jeti.” Gumam gadis berlesung pipi itu.

Nampaknya Hendra mendengar kalimat Joey, karena saat ini ia sedang tersenyum manis. Manis sekali semanis madu yang tercampur dengan gula. “Salah neng, yang bener itu 20 juta 5 ribu rupiah.

“Apaan sih? Nggak jelas lo.” Balas Joey dengan sorot mata menjijikan ke arah Hendra. Mungkin memang benar, kata aneh, absurd, dan annoying sudah dihak patenkan untuk Hendra seorang.

“Tapi....” Gadis berpakaian serba pink itu menegakkan tubuhnya seketika, “Kenapa sih lo nggak mau kerja aja bareng Nagara sama Rendy? Kan kalian bersahabat tuh. Kenapa tetep mau jadi ob? Sedangkan Nagara pernah nawarin lo jabatan yang lebih tinggi dari Rendy dengan cuma-cuma, tapi lo malah nolak. Nggak waras lo sumpah.

Hendra tergelak pelan sebelum melirik gadis yang duduk di sampingnya itu. “Dari dulu cita-cita gue nggak mau jadi budak korporat neng. Gue mah cuma menyalurkan hobi aja disini.”

“Hobi lo apa emang?”

“Bersih-bersih.”

Joey langsung menghembuskan napas beratnya karena terlalu pusing mengobrol dengan Hendra yang sedari tadi bicara ngelantur. Bisa-bisanya Nagara punya sahabat macam begini. “Bersih-bersih itu bukan hobi, Hendra... tapi rutinitas semua manusia yang harus dilaksanakan.

“Iya gue tahu.”

“Ya terus?”

“Ya udah.”

“Ihhhh apaan sih?! Mending lo turunin gue dah, sebelum tas kerja gue melayang ke muka lo.” Joey mulai kesal.

“Heh kalo gue turunin lu di tengah jalan... bisa-bisa gaji gue dipotong setengah sama suami lu.”

Mendengar kalimat terakhir Hendra, membuat kedua mata Joey membulat sempurna. Suami? Apa ia tidak selah dengar?

“L... lo tahu kalo gue sama Nagara...”

“Kawin?

PLAAAKKK... “Nikah dodol.

“Awww... sakit neng. Iya itu lah pokoknya.” Hendra meringis sambil mengusap lengannya yang habis ditampar Joey.

“Kok lo tahu sih? Tahu dari mana?” Joey menatap penasaran ke arah Hendra.

Lelaki hitam manis itu hanya tersenyum miring, seolah merasa menang membuat Joey kikuk secara tiba-tiba. Mobil itu berhenti sejenak karena sang lampu lalu lintas sudah berwarna merah.

“IHHHH HENDRA JAWAB, MALAH SENYUM-SENYUM.” Joey semakin kesal dan panik dibuatnya.

Pasalnya tidak ada satupun yang tahu tentang pernikahannya dengan Nagara, meskipun sahabat Nagara sekalipun. Hanya mereka berdua, keluarga, dan Tuhan yang tahu bahwa Joey dan Nagara sudah mengikat janji suci dua tahun yang lalu.

Hendra kini menatap Joey dengan ekspresi yang susah diartikan. Dari sorot matanya seakan memiliki sejuta rahasia yang selama ini belum Joey ketahui.

—jaemtigabelas

Bagian satu; Night Drive with Hendra

Dikala hujan yang sedang menghujam malam, dua orang tengah terduduk manis di kursi mobil. Hendra yang sibuk menatap jalanan malam, sedangkan Joey yang masih syok dengan apa yang baru saja ia lihat.

“Neng, rumah lu dimana sih? Dari tadi gue ajak ngomong diem bae. Sehat situ?” Hendra yang masih memakai seragam ob berwarna biru itupun mulai mendumel tidak jelas ke arah Joey.

“Ini beneran mobil lo?”

Sekali lagi Hendra memutar bola matanya, “Iya ini mobil gue. Kaget lu?

“Dapet dari mana? Nyolong ya lo jangan-jangan.”

“HEEEHHH SEMBARANGAN KALO NGOMONG.” Bentak Hendra sampai membuat Joey terjengat kaget.

Joey masih belum bisa meresapi apa yang ada dimatanya saat ini. Pasalnya, seorang ob yang kerjanya hanya membersihkan kantor dan membereskan barang-barang kantor yang berantakan, saat ini sedang mengendarai mobil honda brio berwarna kuning terang. Membuat mobil itu terlihat sangat jelas menerobos gelapnya jalanan malam.

Joey tidak bermaksud meremehkan, hanya saja ini sangat tidak masuk akal baginya. Bahkan, gadis bersurai panjang dan gelombang itu seumur hidup belum pernah mengendarai sebuah mobil. Joey merasa malu karena dirinya kalah dari seorang ob.

“Gue dapetin ini juga susah payah kali neng. Gue rela nabung sampai nggak makan nasi sebulan loh ini.” Jelas Hendra dengan nada yang sedikit memelas.

“Nabung apaan, orang gaji lo aja 20 jeti.” Gumam gadis berlesung pipi itu.

Nampaknya Hendra mendengar kalimat Joey, karena saat ini ia sedang tersenyum manis. Manis sekali semanis madu yang tercampur dengan gula. “Salah neng, yang bener itu 20 juta 5 ribu rupiah.

“Apaan sih? Nggak jelas lo.” Balas Joey dengan sorot mata menjijikam ke arah Hendra. Mungkin memang benar, kata aneh, absurd, dan annoying sudah dihak patenkan untuk Hendra seorang.

“Tapi....” Gadis berpakaian serba pink itu menegakkan tubuhnya seketika, “Kenapa sih lo nggak mau kerja aja bareng Nagara sama Rendy? Kan kalian bersahabat tuh. Kenapa tetep mau jadi ob? Sedangkan Nagara pernah nawarin lo jabatan yang lebih tinggi dari Rendy dengan cuma-cuma, tapi lo malah nolak. Nggak waras lo sumpah.

Hendra tergelak pelan sebelum melirik gadis yang duduk di sampingnya itu. “Dari dulu cita-cita gue nggak mau jadi budak korporat neng. Gue mah cuma menyalurkan hobi aja disini.”

“Hobi lo apa emang?”

“Bersih-bersih.”

Joey langsung menghembuskan napas beratnya karena terlalu pusing mengobrol dengan Hendra yang bicara ngelantur. Bisa-bisanya Nagara punya sahabat macam begini. “Bersih-bersih itu bukan hobi, Hendra... tapi rutinitas semua manusia yang harus dilaksanakan.

“Iya gue tahu.”

“Ya terus?”

“Ya udah.”

“Ihhhh apaan sih?! Mending lo turunin gue dah, sebelum tas kerja gue melayang ke muka lo.” Joey mulai kesal.

“Heh kalo gue turunin lu di tengah jalan... bisa-bisa gaji gue dipotong setengah sama suami lu.”

Mendengar kalimat terakhir Hendra, membuat kedua mata Joey membulat sempurna. Suami? Apa ia tidak selah dengar?

“L... lo tahu kalo gue sama Nagara...”

“Kawin?

PLAAAKKK... “Nikah dodol.

“Awww... sakit neng. Iya itu lah pokoknya.” Hendra meringis sambil mengusap lengannya yang habis ditampar Joey.

“Kok lo tahu sih? Tahu dari mana?” Joey menatap penasaran ke arah Hendra.

Lelaki hitam manis itu hanya tersenyum miring, seolah merasa menang membuat Joey kikuk secara tiba-tiba. Mobil itu berhenti sejenak karena sang lampu lalu lintas sudah berwarna merah.

“IHHHH HENDRA JAWAB, MALAH SENYUM-SENYUM.” Joey semakin kesal dan panik saat ini. Pasalnya tidak ada satupu yang tahu tentang pernikahannya dengan Nagara, meskipun sahabat Nagara sekalipun. Hanya mereka berdua, keluarga, dan Tuhan yang tahu bahwa Joey dan Nagara sudah mengikat janji suci dua tahun yang lalu.

Hendra kini menatap Joey dengan ekspresi yang susah diartikan. Dari sorot matanya seakan memiliki sejuta rahasia yang selama ini belum Joey ketahui.